Perang Nyamuk dengan Nyamuk Atasi Penyakit DBD, Bagaimana Teknologi Wolbachia?

- 20 November 2023, 17:13 WIB
IIlustrasi penderita DBD atau demam berdarah yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
IIlustrasi penderita DBD atau demam berdarah yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. /Pexels/

ARAHKATA – Angka kasus demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan nyamuk Aedes Aegypti menurut data Kementerian Kesehatan hingga Oktober 2023 tercatat ada terdapat 68.996 kasus dengan kematian 498 jiwa.

Melihat dari fakta tersebut tentu para pakar kesehatan terus berupaya untuk memerangi DBD selain dari program yang telah dicanangkan seperti 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) agar terus dilakukan masyarakat.

Belakangan ini marak tentang inovasi teknologi Wolbachia dalam menanggulangi penyakit DBD yang diharapkan bisa menekan angka kasus di Tanah Air. Hanya saja di Indonesia masih terdapat pro kontra dalam penggunaan teknologi tersebut. Lalu bagaimana sebenarnya tentang tenkonologi Wolbachia ini?

Baca Juga: Kadin Indonesia dan Polandia Kerja Sama Pengembangan Sains dan Teknologi Wujudkan Indonesia Emas 2045

Menurut Prof. Maksum Radji, pakar Mikrobiologi dan Bioteknologi dari Prodi Farmasi FIKES Universitas Esa Unggul, Jakarta dijelaskan bahwa Wolbachia sendiri adalah bakteri yang sangat umum dan terdapat secara alami pada 50 persen spesies serangga, termasuk beberapa nyamuk, lalat buah, ngengat, capung, dan kupu-kupu.

Wolbachia hidup di dalam sel serangga dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui telur serangga. Nyamuk Aedes Aegypti biasanya tidak membawa Wolbachia, namun banyak nyamuk lainnya yang membawa Wolbachia.

“Metode penanggulangan Demam Berdarah Dengue melalui program Wolbachia ini diinisiasi oleh organisasi World Mosquito Program (WMP) yang telah digunakan di 14 negara sejak tahun 2011, termasuk di Indonesia”, tutur Maksum kepada Arahkata, Minggu 19 November 2023.

Baca Juga: Hari Rabies Sedunia 2023, Mengenal Gejala hingga Pencegahannya

Terkait Wolbachia yang bisa mengurangi populasi nyamuk Aedes Aegypti dijelaskan, ketika nyamuk penyebab DBD tersebut membawa Wolbachia, bakteri tersebut bersaing dengan virus seperti virus demam berdarah Dengue, virus Zika, virus Chikungunya, dan virus demam kuning.

Hal ini mempersulit virus untuk berkembang biak di dalam tubuh nyamuk. Sehingga kecil kemungkinan nyamuk menyebarkan virus dari orang ke orang.

“Artinya, ketika nyamuk Aedes aegypti membawa bakteri Wolbachia alami, penularan virus seperti demam berdarah, Zika, chikungunya, dan demam kuning akan berkurang. Wolbachia yang ada di dalam tubuh nyamuk dapat menghambat replikasi virus Dengue atau virus lainnya,” ucap Maksum.

Pada nyamuk Aedes aegypti, yang merupakan vektor utama dari virus Dengue menyebabkan nyamuk Aedes aegypti yang membawa bakteri Wolbachia ini tidak dapat menularkan virus Dengue antar manusia melalui gigitannya”, jelasnya.

Baca Juga: Melihat Terobosan Operasi Bypass Jantung Koroner RS EMC Cikarang

Tujuan utama proyek ini adalah untuk menurunkan penyebaran DBD, demam kuning, dan chikungunya, karena keberadaan bakteri Wolbachia dalam nyamuk mampu menghambat replikasi virus Dengue, virus Zika, dan virus Chikungunya.

Mekanisme teknologi Wolbachia

Adapun mekanisme teknologi Wolbachia akan melibatkan lingkungan sebagai habitat nyamuk untuk bisa menularkan si bakteri kepada nyamuk.

“Teknologi nyamuk Wolbachia dilakukan dengan cara meletakkan telur nyamuk yang membawa bakteri Wolbachia di lingkungan tempat tinggal masyarakat, dimana banyak berkembang populasi nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi vektor utama penularan penyakit DBD. Telur nyamuk yang terdapat bakteri Wolbachia akan menetas menjadi nyamuk dewasa dan berkembang biak”, ungkap Maksum.

Dijelaskan pula, jika nyamuk Aedes Aegypti jantan yang memiliki bakteri Wolbachia kawin dengan Aedes Aegypti betina lokal tanpa Wolbachia maka virus pada nyamuk betina akan terhambat replikasinya atau mati.

Baca Juga: Inovasi Baru Deteksi Dini Endotoksin Penyebab Sepsis yang Bahayakan Nyawa

Disamping itu jika yang memiliki Wolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan liar yang tidak memiliki bakteria Wolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung Wolbachia.

Karenanya, dengan adanya bakteri Wolbachia, dalam beberapa siklus tertentu diharapkan tidak ada lagi berkembang virus Dengue dalam nyamuk Aedes Aegypti.

Fenomena tersebut dinilai sangat menguntungkan mengingat bahwa hanya nyamuk betina saja yang menggigit dan menghisap darah manusia, sedangkan nyamuk yang jantan tidak.

“Dengan demikian, pengembangan nyamuk yang membawa bakteri Wolbachia ini bukanlah merupakan hasil rekayasi genetika dan bukan juga merupakan nyamuk transgenik, karena materi genetik nyamuk tidak diubah”, papar Prof. Maksum.

Baca Juga: Anak Alami Perubahan Perilaku Jika Kecanduan Internet

Efektivitas teknologi nyamuk Wolbachia

Pemanfaatan teknologi Wolbachia, menurut Prof. Maksum telah dilaksanakan di beberapa negara antara lain Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, Singapura, dan Sri Lanka, di mana hasilnya terbukti efektif untuk pencegahan DBD.

Lebih lanjut dijelaskan, bahwa di Indonesia program nyamuk pembawa bakteri Wolbachia ini pertama kali diteliti dan dikembangkan di Yogyakarta, bekerjasama dengan para peneliti dari UGM. Hasilnya, metode Wolbachia ini terbukti berhasil menurunkan 77 persen kasus DBD dan menurunkan risiko rawat inap di rumah sakit sebesar 86 persen.

Baca Juga: Charm Gendeng YKPI Kampanyekan Ayo SADARI Setelah Menstruasi

Kemenkes juga telah mengevaluasi hasil penyebaran nyamuk di Yogyakarta dan menyatakan bahwa cukup bukti untuk memperluas manfaat teknologi nyamuk Aedes Aegypti yang membawa bakteri Wolbachi guna melindungi jutaan orang di Indonesia dari DBD. 

Menurut Kemenkes teknologi nyamuk pembawa Wolbachia melengkapi strategi pengendalian dan sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional) melalui Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.01.07/MENKES/1341/2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue dengan Metode Wolbachia diimplementasikan di 5 kota lainnya yaitu Kota Semarang, Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang dan Kota Bontang.***

 

Editor: Agnes Aflianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x