Singapura Masuk 'Resesi Seks', Ini Faktanya

- 2 Oktober 2021, 13:28 WIB
Singapura berencana longgarkan pintu masuk turis asing, justru Covid-19 meningkat
Singapura berencana longgarkan pintu masuk turis asing, justru Covid-19 meningkat /Reuters/ Edgar Su

ARAHKATA - Belum selesai dengan kasus COVID-19 melonjak, Singapura harus dihadapkan dengan 'resesi seks'.

Hal ini terjadi karena jumlah pernikahan di negara itu turun drastis ke level terendah dalam 34 tahun terakhir.

Selain itu, angka kelahiran juga turun ke level terendah selama tujuh tahun. Disebutkan, ini menjadi salah satu dampak pandemi COVID-19 di Singapura.

Baca Juga: Rekor! COVID-19 Singapura Capai 2 Ribu Kasus

Sebagai informasi, resesi adalah istilah ekonomi untuk pertumbuhan negatif dua kuartal berturut-turut dalam satu tahun.

Berikut sederet fakta 'resesi seks' di Singapura dihimpun Arahkata pada 2 Oktober 2021.

1. Jumlah pernikahan turun 12,3 persen

Dilaporkan, hanya ada 19.430 pernikahan yang terjadi pada tahun 2020 di Singapura. Jumlah ini menurun sebesar 12,3 persen dari 22.165 pernikahan pada tahun sebelumnya.

Baca Juga: Rekor! Singapura Catat Kasus COVID-19 Harian Tertinggi

Diketahui, ini merupakan angka terendah sejak tahun 1986, yakni 19.348 pernikahan.

2. Disebabkan oleh pembatasan sosial

Menurut Divisi Kependudukan dan Bakat Nasional Singapura, 'resesi seks' ini disebabkan oleh pembatasan sosial yang terjadi selama pandemi COVID-19. Tak sedikit warga yang memutuskan untuk menunda pernikahan mereka.

"Pembatasan pertemuan besar pada tahun lalu bisa menyebabkan pasangan menunda pernikahan mereka," ucap lembaga tersebut.

Baca Juga: Melonjak Tinggi, Singapura Tak Jadi 'Berdamai' dengan COVID-19

3. Angka kelahiran turun 3,1 persen

Bukan hanya penundaan pernikahan, pandemi COVID-19 juga berdampak pada keputusan orang tua untuk memiliki anak.

Dilaporkan, hanya ada 31.816 kelahiran di Singapura pada tahun 2020. Jumlah ini menurun 3,1 persen dari tahun sebelumnya, yakni 32.844 pada tahun 2019.

Ini merupakan angka kelahiran terendah sejak tahun 2013. Dalam lima tahun terakhir (2016-2020), rata-rata ada sekitar 32.500 kelahiran warga setiap tahun, sedikit lebih banyak dari 32.400 dalam lima tahun sebelumnya (2011-2015).

Baca Juga: Singapura Keluarkan Aturan 'Tahap Persiapan' Hidup dengan COVID-19

4. Masalah kesehatan dan ekonomi jadi alasan tunda kehamilan

Dalam survei yang dilakukan Divisi Kependudukan dan Bakat Nasional Singapura, sebagian warga memilih menunda kehamilan karena khawatir dengan masalah kesehatan dan ekonomi selama pandemi COVID-19. Survei ini dilakukan kepada sekitar 4.000 warga Singapura pada Juni 2020.

"Karena khawatir tentang kondisi kesehatan dan ekonomi masyarakat yang tidak pasti," kata lembaga tersebut.

"Kami terus menghadapi tantangan struktural jangka panjang dengan tingkat kelahiran kami yang rendah, serupa dengan masyarakat maju lainnya," jelasnya.

Baca Juga: Ramai Isu Singapura 'Damai' dengan COVID-19, Indonesia Jangan Latah!

5. Singapura siapkan dana 3.000 dolar bagi yang ingin punya anak

Singapura sebelumnya telah memberi insentif bagi pasangan yang ingin memiliki anak dan menjadi orang tua di tengah pandemi COVID-19. Dana hibah sebesar 3.000 dolar Singapura atau sekitar 31 juta rupiah.***

Editor: Tia Martiana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x