Melalui pernyataan, Hamas, yang menolak hidup berdampingan dengan Israel, bersumpah untuk berjuang dan melawan terorisme dan fasisme pemerintahan pendudukan baru.
Belum ada kabar langsung mengenai apakah warga Palestina korban jiwa kedua, yang berusia 21 tahun, merupakan anggota sebuah faksi.
Di Kafr-Dan, Hani Abed, ayah salah satu penembak yang terbunuh dalam bentrokan pada 14 September, menggambarkan penghancuran Israel sebagai penghukuman kolektif.
Baca Juga: Inilah Besaran Pesangon Karyawan PHK Dalam Perppu Cipta Kerja
"Ini tidak akan menghancurkan tekad kami," katanya kepada Reuters saat dia berdiri di dekat reruntuhan rumahnya.
Tahun lalu merupakan periode terjadinya tingkat kekerasan terburuk di Tepi Barat dalam lebih dari satu dekade.
Kebanyakan dari kekerasan tersebut terpusatkan di sekitar Nablus dan dekat Jenin. Sedikitnya ada 150 warga Palestina dan lebih dari 20 warga Israel yang menjadi korban jiwa.
Baca Juga: KPK Fokus Tindak Lanjuti Kasus Dugaan Korupsi pada Formula E
Di Ramallah, Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menganggap Israel bertanggung jawab atas segala eskalasi yang dapat timbul akibat aksi pembunuhan dan kekerasan harian.***