Intensitas Cahaya Malam Jadi Ukuran Kemiskinan di Jatim

15 Februari 2021, 20:08 WIB
Ilustarsi dari program PKH yang tekan angka kemiskinan di Indonesia /PIXABAY/@mohamed_hassan

ARAHKATA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat angka kemiskinan di Jawa Timur terus meningkat.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh BPS yakni setiap Bulan Maret dan September 2020, penduduk miskin di Jatim ada 11,46 persen dari total jumlah penduduk. Jumlah ini tergolong meningkat 1,26 persen poin dari 2019.

Baca Juga: NasDem Perjuangkan KH. Syaichona Cholil Jadi Pahlawan Nasional

Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiawan menyebut faktor utama kenaikan angka kemiskinan tetap akibat pandemi covid-19. Sejak September 2019 sampai September 2020, ada 529.970 jiwa penduduk di Jatim yang miskin.

Beda halnya, Susenas BPS sejak 2011 sampai 2019, kemiskinan tergolong menurun hingga 10,20 persen. Padahal, pada 2011 kemiskinan mencapai 13,85 persen dari total jumlah penduduk yang ada.

Baca Juga: Dear Pria, Sex Keseringan Bisa Bikin Sakit Jantung

"Total penduduk miskin di Jatim saat ini menjadi 4,58 juta jiwa," kata Dadang, saat rilis secara virtual, Senin 15 Februari 2021.

Dadang menjelaskan, beberapa faktor menjadi mempengaruhi peningkatan kemiskinan di Jatim. Salah satunya penurunan aktivitas ekonomi.

Hal itu terlihat dari pantauan satelit untuk mengukur intensitas cahaya malam hari selama Maret-September 2020. Dimana pada September intensitas cahaya malam menurun jika dibandingkan Maret 2020.

"Berdasarkan pantauan satelit ini, aktivitas ekonomi di Jatim pada Maret 2020 masih lebih baik dibandingkan September 2020," paparnya.

Baca Juga: Jangan Takut Hari Senin, Ini Keutamaannya, Lho!

Selain itu, penurunan mobilitas penduduk juga menjadi faktor lain penyebab kenaikan kemiskinan. Mengingat selama Maret-September 2020, masyarakat lebih banyak di rumah.

BPS mencatat mobilitas penduduk menurun drastis di sejumlah tempat di Jatim terjadi pada April. Baik di tempat perdagangan ritel dan hiburan, tempat belanja kebutuhan sehari-hari, juga taman.

Sementara di tempat transit dan tempat kerja, penurunan mobilitas penduduk tertinggi terjadi pada bulan Mei. Periode tersebut Jatim menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid pertama.

Baca Juga: Banjir Berujung Tanah Longsor di Nganjuk, Puluhan Warga Hilang

"Persoalan kemiskinan bukan sekadar berapa jumlah penduduk miskin dan prosentasenya. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan itu," paparnya

Sedangkan indeks Kedalaman Kemiskinan di Jatim meningkat dari 1.818 pada Maret 2020 menjadi 1.970 pada September 2020. Demikian halnya keparahan kemiskinan, naik dari 0,430 jadi 0,529 di periode yang sama.***

Editor: Agnes Aflianto

Tags

Terkini

Terpopuler