Diketahui bahwa pada awal-awal krisis semikonduktor global, Toyota memiliki nasib baik berkat persediaan chip yang lebih besar.
Baca Juga: KPK Periksa Dua Politikus Demokrat, Terseret Dugaan Korupsi Bupati PPU
Namun, kini perusahaan juga harus memangkas produksi karena krisis yang berkepanjangan dan pembatasan wilayah akibat COVID-19 di China.
Toyota mengatakan, pihaknya memprediksi bahwa biaya bahan baku menjadi lebih dari dua kali lipat pada tahun fiskal yang dimulai pada April.
Baca Juga: Nonton Drama 'Our Blues', V BTS Bilang Begini
Untuk itu, mereka berharap dapat hal itu dapat diatasi dengan beralih ke bahan yang biayanya lebih rendah.
"Karena harga bahan naik, kami perlu bekerja untuk mengurangi jumlah bahan yang kami gunakan sebanyak mungkin dan menggantinya dengan bahan yang lebih murah," kata Kepala Keuangan Kenta Kon.
Baca Juga: Segini Jumlah Penonton KKN di Desa Penari 11 Hari Penayangan
Toyota pun berharap dapat menjual 8,85 juta kendaraan secara global pada tahun fiskal ini. Jumlah tersebut naik 7,5 persen dibandingkan tahun lalu.
Namun, biaya bahan baku yang melonjak, gangguan pada rantai pasokan, dan pembatasan akibat COVID-19 di China telah membuat laba menjadi melemah.