Pada tahun 1975, setelah bertemu dengan Presiden AS Gerald Ford dan Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger, Soeharto menyerang Timor Timur. Dalam insiden tersebut, Nairn menyebutkan, tentara Indonesia membunuh sepertiga dari populasi Timor Timur.
"Prabowo, sebagai menantu Soeharto, merupakan komandan senior dalam pembantaian di Timor Timur. Dalam satu kasus, di Kraras, pada tahun 1983 di Gunung Bibileo, ratusan warga sipil dibunuh," terangnya. “Tidak hanya itu, Prabowo juga secara pribadi menyiksa tahanan.
Seseorang pernah menceritakan kepada saya tentang Prabowo yang mematahkan giginya. Prabowo menggambarkan dirinya sebagai 'anak laki-laki Amerika yang berambut pirang'," ungkapnya.
Baca Juga: Menyingkirkan Springbed Bekas, Cara Tepat dan Ramah Lingkungan
Prabowo menerima pelatihan dari AS di Fort Benning di Georgia dan Fort Bragg di North Carolina (sekarang dikenal sebagai Fort Moore dan Fort Liberty).
"Prabowo secara rinci berbicara kepada saya tentang kerja samanya dengan Pentagon, termasuk dengan Badan Intelijen Pertahanan, yang menurutnya, ia melaporkan setidaknya setiap minggu," tegasnya.
Akan tetapi, menurut Nairn, gambaran negatif tentang Prabowo dalam Pemilu 2024 ini telah coba dihilangkan dengan kampanyenya yang menarik perhatian.
Baca Juga: Migran Care Ungkap Adanya Praktik Jual Beli Surat Suara WNI di Malaysia
Untuk diketahui, Allan Nairn pernah melakukan investigasi terhadap operasi militer di Timor Leste. Saat itu, 12 November 1991, ia bersama rekannya, Amy Goodman, juga sempat dipukuli oleh oknum anggota ABRI setelah mereka menyaksikan pembunuhan massal demonstran Timor yang dikenal sebagai Pembantaian Santa Cruz.
Menyaksikan peristiwa itu, Nairn yang juga seorang aktivis HAM mengaku pernah melobi Kongres AS agar dukungan kemiliteran dari AS untuk Indonesia harus dihentikan.***