Bedah Novel Cinta dalam Gelap Cahaya, Zack Sorga: Saya Langsung Jatuh Cinta dengan Judulnya

17 Februari 2021, 17:31 WIB
Ilustrasi Novel /Pixabay/

ARAHKATA - Sabtu 13 Februari 2021, pada acara tit4tat zoom meeting, Zakaria Sorga seorang sutradara kenamaan, mengupas tuntas Novel Cinta Dalam Gelap Cahaya karya Tundjungsari Hartono, sorang dokter spesialis anak.

Saat ini cerita cinta yang mengandung romantisme dan harapan masih menjadi ketertarikan tersendiri dalam kehidupan. Ditambah dengan berbagai macam konflik, tantangan dan perjuangan menjadikan suatu cerita menjadi lebih hidup.

"Saya langsung jatuh cinta dengan judulnya. Novel ini banyak menawarkan sisi kehidupan dan ilmu pengetahuan, dengan dialog yang mudah dipahami," ucap Bang Zak begitu sapaan akrabnya.

Baca Juga: Aktivis Aceh Rilis Buku Kedua, Nama Presiden dan Jenderal Ikut Dibawa-bawa

Zak menuturkan kecerdasan seorang penulis adalah ketika dia menuliskan sesuatu yang dikuasainya, jadi tidak perlu reverensi yang banyak dan tidak perlu mengarang. Pembaca langsung percaya.

Menurut Zak, Novel ini berbeda dengan Novel pada umumnya. Karena kita sudah banyak dicekoki plot Hollywood, dengan bangunan cerita yang menuju klimaks. Di novel CDGC, plotnya sangat realis, apa adanya.

Penulis mengungkapkan awalnya ini adalah tantangan menulis tigapuluh hari. Diangkat dari cerita nyata berdasarkan curhatan pasien.

Nama-nama tokoh sengaja diambil dari nama teman sendiri, maksudnya untuk mematok karakter supaya tidak berganti-berganti sehingga tetap fokus.

"Untuk judul memang tidak sesuai nalar karena ini ranah kreatif, sehingga saya mencari yang mengundang penasaran," ucap Tundjung.

Baca Juga: Ulang Tahun, Megawati Dihadiahi Buku

Menurut Lutfi, penggagas komunitas menulis Jenius Writing (JW) bahwa untuk memahami sebuah novel tidak seperti kita melahap sebuah berita. Tapi pandanglah sebagai sebuah karya seni.

Di Jenius Writing ada jurus LDA (Lekat Dekat Akrab). Tulisan itu akan lebih memikat bila dieksekusi dari yang terdekat. Dimulai dengan apa yang kita pakai, rasakan, dan kita alami sendiri.

"Penulis itu tugasnya nulis, kalau tidak logis gimana? Ya bagus. Penulis fiksi itu areanya imajinasi," ucap Lutfi.

"Feel itu letaknya di gelombang alfa, maka tinggalkan logika. Ikuti rasamu. Sumber kebuntuan adalah ketika ambyarnya fokus dan ketakutan atau kecemasan," tambahnya lagi.

Lutfi memaparkan lebih rinci beberapa hal yang harus dilakukan supaya tulisan dapat mengalir deras. Disebutkan berani untuk mengeksplorasi, berimajinasi, dan eksekusi.

Baca Juga: Vaksin Sinovac dan Vaksin Nusantara, Mana yang Kamu Pilih?

"Novel CDGC adalah novel yang sangat filmis, penulisnya mampu mengikuti potensi kreatif yang dimilki dan gaya menulisnya JW banget karena menerapkan jurus JW," demikian ungkap Lutfi.

Bang Zak menambahkan bahwa menulis itu seperti orang hamil, banyak kesulitan yang dialami, namun tetap dinikmati. Menulislah seperti ombak mengalir tak berhenti. Jangan malas untuk membaca.

Bagi Lutfi, untuk mulai menulis yang diperlukan adalah : ide yang hanya sederhana saja, setelah itu baru dikembangkan dalam revisi.

Kegagalan penulis pemula adalah :

  1. Sekali nulis ingin langsung sempurna
  2. Fokus pada aturan baku
  3. Takut jelek, takut ga nyambung
  4. Lebih senang merasa ga pede dan ga bisa
  5. Kurang sabar dan kurang menikmati proses

"Sekali lagi, tulis saja apa yang ingin kamu ungkapkan. Bisa dimulai dari hal yang paling menyebalkan. Karena itu akan membantu kamu dalam menciptakan konflik," tegas lutfi mengakhiri pertemuan malam itu.***

Editor: Mohammad Irawan

Tags

Terkini

Terpopuler