Hypnoparenting, Memberikan Sugesti dengan Cara Tepat dalam Pengasuhan Anak

19 Februari 2021, 05:55 WIB
Ilustrasi hipno parenting/pixabay /

ARAHKATA - Mengasuh buah hati tentunya perlu kesabaran ekstra. Kita harus bisa mengikuti alurnya, tidak mengikat, juga tidak membebaskan.

Untuk itu, kita perlu mengenal komunikasi bawah sadar untuk mempermudah negosiasi dengan sang buah hati.

Apakah pikiran bawah sadar dapat memengaruhi perilaku? Jawabannya, tentu saja bisa.

Baca Juga: Bukan Makan Nasi atau Lontong, Ini Cara Sarapan Sehat

Dilansir arahkata.com dari grup wa beberapa waktu lalu bersama Erina Rusdian Sari, seorang hipnoterapis menyatakan bahwa kekuatan pikiran bawah sadar memiliki kekuatan 88 persen.

"Pikiran bawah sadar memiliki karakteristik seperti sponge yang dapat menyerap air yang ada," ucap bunda Erina, panggilan akrabnya.

Pikiran kita terbagi dalam dua jenis pikiran, yaitu:

  1. Pikiran sadar (12 persen), berisi analisis, logo, detail dan untung rugi.
  2. Pikiran bawah sadar (88 persen), berisi potensi diri, emosi dan karakteristik.

Bila kita masukkan data ke pikiran bawah sadar saat bangun pagi adalah 'ngantuk'. Yang terjadi adalah kita merasa ngantuk.

Atau kita coba dengan kalimat 'jangan bayangkan gajah'. Apa yang terjadi?

Baca Juga: Industri Suara 2021, Selalu ada Tempat untuk Suaramu

Pikiran bawah sadar kita justru memvisualisasikan gambar gajah. Dengan telinga yang lebar, belalai panjang, tubuh yang besar. Benar tidak?

Misal kata 'ngantuk'. Bila kita ngantuk pada jam biologis, itu wajar. Tapi bila kita sedang belajar, otomatis ngantuk. Itulah bahasa pikiran bawah sadar.

Bila hal tersebut dilakukan terus menerus selama satu bulan, hal tersebut akan menjadi 'data base'.

Bila kita ingin mengubahnya menjadi hal positif, kita harus belajar mencari kosa kata yang positif.

Setelah kita dapat aplikasikan pada diri sendiri, baru kemudian dapat kita lakukan pada buah hati maupun pasangan.

Baca Juga: Yuk, Intip 5 Barang paling Laku Terjual Online

Kalau misalnya pikiran bawah sadar sudah terkontaminasi dengan hal negatif, maka data tersebut dapat didelete.

Ketika ananda sudah bisa komitmen dengan kebiasaan yang positif, hendaknya berikan apresiasi. Bentuknya bisa apa saja, supaya ada rasa penghargaan terhadap diri anak tersebut.

Ketika ananda tidak mau belajar atau mengerjakan 'PR', perbaiki cara menyuruhnya. Gunakan kata positif dan bahasa cinta.

"Yang terpenting adalah komunikasi dua arah. Bila ingin membuat negosiasi, lakukan di awal. Jelaskan dengan detail dan sabar," jelasnya lagi.

Menurut bunda Erina, lakukan terus menerus bukan hanya sesekali saja, karena proses ini tidak instan. Hal baik akan tercipta dari kebiasaan-kebiasaan baik.

Di atas telah dijelaskan bahwa hal ini harus diaplikasikan pada diri sendiri, baru kemudian pada ananda atau pasangan.

Baca Juga: Jenuh saat Isolasi Mandiri, Ini Cara Agar Tetap Bahagia

Cara mengaplikasikan pada diri sendiri yaitu dengan cara duduk, rileks, pejamkan mata, tenang, semakin dalam semakin tenang. Pikiran mulai masuk ke dalam gelombang alfa.

Rasakan ketenangan, nyaman, damai. Dan pada saat itu, katakan saya bisa sabar. Ulangi kata-kata tersebut hingga tiga kali, lima kali atau bahkan tujuh kali.

Lakukan kegiatan tersebut terus menerus, hingga tiga puluh hari.

Ciri-ciri saat gelombang otak ada di alfa, tubuh terasa nyaman dan rileks. Namun ketika tubuh semakin nyaman lebih dalam, gelombang ada di teta.

Saat otak ada di alfa dan teta, maka di saat itulah kita bisa berikan sugesti pada diri sendiri, pasangan dan buah hati.***

Editor: Mohammad Irawan

Tags

Terkini

Terpopuler