Kisah Pelaku Wisata Lereng Merapi yang Jual Jip Karena Pandemi

- 18 Agustus 2021, 21:54 WIB
Sejumlah anggota Jeep Merapi melintas di aliran sungai usai mengikuti upacara peringatan HUT Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia di Kali Kuning, Cangkringan, Sleman, D.I Yogyakarta, Selasa (17/8/2021). Kegiatan yang digagas oleh Asosiasi Jeep Wisata Lereng Merapi (AJWLM) itu digelar untuk memperingati HUT Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia dan refleksi perjuangan para pahlawan kemerdekaan serta untuk membangkitkan semangat pelaku wisata dalam menghadapi pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Andreas F
Sejumlah anggota Jeep Merapi melintas di aliran sungai usai mengikuti upacara peringatan HUT Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia di Kali Kuning, Cangkringan, Sleman, D.I Yogyakarta, Selasa (17/8/2021). Kegiatan yang digagas oleh Asosiasi Jeep Wisata Lereng Merapi (AJWLM) itu digelar untuk memperingati HUT Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia dan refleksi perjuangan para pahlawan kemerdekaan serta untuk membangkitkan semangat pelaku wisata dalam menghadapi pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Andreas F /Andreas Fitri Atmoko/ANTARA FOTO

ARAHKATA – Sektor pariwisata salah satu yang terdampak parah akibat pandemi COVID-19, ditambah lagi adanya penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sehingga para pelaku usaha wisata makin tersudut.

Seperti di kawasan lereng Merapi yang biasa pada kondisi normal, wisatawan berkeliling menggunakan jip yang menikmati keindahan lereng Gunung Merapi.

Selama masa pandemi, jip-jip tersebut banyak parker karena sepinya wisatawan. Kemudian PPKM diberlakukan, maka kendaraan pengantar wisatawan itu pun resmi parkir tak beroperasi.

Baca Juga: Yuk Intip! 5 Tempat Wisata Bernuansa Kemerdekaan Indonesia

Kondisi tersebut membuat para pemilik usaha jip itu harus menjual kendaraannya dan bahkan beralih profesi untuk bertahan hidup.

Ketua Asosiasi Jip Wisata Lereng Merapi (AJWLM) wilayah Barat, Daldiri mengatakan, selama pandemi ini ada ratusan kendaraan jip yang sudah dijual.

Langkah demikian ditempuh untuk menyambung hidup sebab dunia wisata di lereng Merapi mati suri. Sehingga tidak ada pemasukan.

Baca Juga: PPKM Level 4, Sarana dan Prasarana Wisata di Kota Pekalongan Dibenahi

“Padahal biaya operasional terus berjalan, seperti untuk merawat kendaraan, gaji karyawan dan biaya hidup. Termasuk untuk angsuran bank dan BPJS kesehatan, maka terpaksa harus menjual kendaraan. Jumlah jip ada sekitar 1.200 unit. Saat ini tinggal sekitar 800-an unit yang eksis, sisanya dijual dan masuk bengkel,” katanya, Rabu 18 Agustus 2021.

Untuk mengisi kekosongan selama objek wisata tutup, sebagian anggota AJWLM ada yang beralih profesi sebagai petani dan tukang batu untuk menghidupi keluarga mereka masing-masing.

Daldiri juga mengatakan, apabila nantinya PPKM level 4 diperpanjang lagi, ia berharap sektor wisata sudah boleh beroperasi.

Baca Juga: Ini Tempat Wisata yang Ditutup Bupati Purbalingga

“Untuk itu, meski PPKM level 4 nanti diperpanjang lagi, namun berharap September 2021 diperbolehkan mulai beroperasi,” harapnya.

Menurut Daldiri, AJWLM sendiri dalam menjalankan usahanya tetap melaksankan protokol kesehatan dengan ketat, termasuk sudah melakukan vaksin.

Untuk vaksin sudah mencapai 92 persen, sisanya karena ada kendala yang belum memungkinkan untuk divaksin.

“Nantinya kendaraan jip yang pemandunya sudah divaksin, ditempel stiker dan yang belum divaksin tidak boleh membawa penumpang, sehingga wisatawan aman dan nyaman,” ujarnya.

Baca Juga: Keindahan Legon Pari Banten, Destinasi Wisata Murah Meriah

Harapan yang sama turut diungkapkan ketua AWJLM wilayah Timur, Bambang Sugeng. Ia berharap jip wisata lereng Merapi bisa segera beroperasi. Sebab banyak warga yang bergantung dengan aktivitas tersebut.

Warga lereng Merapi sendiri sekaerang dilanda dua bencana, yakni pandemi dan bencana alam erupsi Merapi.

“Kami berharap, semua bencana tersebut segera berlalu dan kembali hidup normal,” pungkasnya.***

Editor: Agnes Aflianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah