BPBD Jatim melakukan edukasi masyarakat dengan menggandeng sejumlah relawan, seperti Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) dan Sekber Relawan Penanggulangan Bencana (SRPB).
"Yang kita tahu, faktor penyelamatan dari diri sendiri itu sangat dominan saat terjadi bencana. Karena itu, penguatan kapasitas bencana itu hukumnya wajib," katanya.
Baca Juga: Pasca Positif Covid-19, Walikota Depok Donor Plasma Konvalesen
Selain kelembagaan, Komisi E juga menyoroti keberadaan EWS (Early Warning System) yang ada di Kota Batu, dan pencegahan kerusakan arboretum Sumber Brantas yang mengalami penurunan debit air.
"Saya itu juga menjadi perhatian. Sebab, di Kota Batu ini banyak lahan yang sudah beralih fungsi," ujar Hikmah.
Sementara, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim Gatot Soebroto mengungkapkan, dalam beberapa waktu terakhir, pihaknya memang intens melakukan upaya edukasi kebencanaan kepada masyarakat.
Baca Juga: Potensi Cuaca Ekstrim Berpotensi Terjadi Sepekan Kedepan
Selain melalui program Desa Tangguh Bencana (Destana), BPBD Jatim juga memiliki Tenda Pendidikan Bencana (Tempina) sebagai wadah edukasi bencana bagi anak-anak usia dini.
"Tahun ini kita juga akan luncurkan satu layanan lagi berupa Mosipena, yaitu, Mobil Edukasi Penanganan Bencana," pungkasnya.***