Pemkot Bandung Nyatakan Perang dengan Rentenir

- 7 Oktober 2021, 12:47 WIB
Praktik rentenir paling marak menyasar pedagang kecil
Praktik rentenir paling marak menyasar pedagang kecil /Instagram/@kangyanamulyana

ARAHKATA - Pemberi pinjaman dana tnuai atau biasa disebut rentenir dengan bunga yang sangat tinggi, diketahui merupakan praktik ekonomi ilegal.

Praktik rentenir hingga saat ini paling marak ditemui di pasar-pasar tradisional. Mereka menyasar pedagang kecil hingga akhirnya banyak pedagang yang terlilit utang.

Selama ini rentenir telah mengakar di kalangan masyarakat dan telah menghancurkan sendi-sendi perekonomian masyarakat.

Baca Juga: Ada Program 4K, Wali Kota Optimis Ekonomi Bandung Akan Pulih

Hal tersebut diungkapkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui wakil wali Kota Bandung Yana Mulyana.

Dalam sebuah acara Focus Group Discusion (FGD) bertemakan Strategi Peningkatan Ekonomi Masyarakat Melalui Peran Satgas Antirentenir Kota Bandung, wakil wali kota mengatakan harus mengurangi praktik rentenir.

"Kita harus bergerak lebih cepat dari rentenir, melalui FGD ini diharapkan bisa menghasilkan strategi-strategi untuk mengatasi praktek rentenir, sehingga Kota Bandung bisa menjadi kota yang bersih dari rentenir" ujar Yana Rabu, 6 Oktober 2021.

Baca Juga: Pemkot Bandung Ucapkan HUT Ke-76 TNI, Kolaborasi Tangani COVID-19

Menurutnya, saat ini rentenir sudah semakin canggih dengan mengikuti perkembangan zaman.

Mulai dari berpura-pura membuka koperasi simpan pinjam padahal isinya praktik rentenir. Termasuk memanfaatkan teknologi digital atau kerap disebut pinjaman online (pinjol).

Wakil wali kota itu meminta Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah (KUKM) Kota Bandung agar mempersempit ruang rentenir salah satunya dengan menghidupkan kembali koperasi-koperasi simpan pinjam.

Baca Juga: PTMT Digelar, Pemkot Bandung Terus Genjot Vaksinasi Remaja

"Kita juga harus mendekatkan Bank Bandung dan aktif mempromosikan program kepada masyarakat seperti program pinjaman modal usaha. Ini bisa menjadi alternatif masyarakat dan lambat laun meninggalkan rentenir," jelasnya.

Yana mengingatkan agar memberi kemudahan proses pinjaman. Karena sejatinya rentenir memberi kemudahan dalam proses pinjaman sehingga hal itulah yang membuat masyarakat akhirnya terjebak.

"Rentenir bisa menagih setiap hari, dan bagi pedagang kalau dia ditagih sekaligus sebulan Rp100.000 rasanya mahal, tapi kalau sehari Rp5.000 dia mampu. Padahal jadinya Rp150.0000 (sebulan)," imbuhnya.

"Jadi kuncinya, bagaimana kita bisa mengolektif tagihan per hari dan kemudahan proses pinjaman," lanjut Yana.***

Editor: Tia Martiana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah