Rusia-Ukraina Bergejolak, Pemerintah Diminta Antisipasi Lonjakan Harga Migas

- 25 Februari 2022, 18:30 WIB
Perang Rusia-Ukraina 2022, Intel AS Ungkap Rencana 10 Ribu Penerjun Payung dan Memenggal Kepala Pemerintah
Perang Rusia-Ukraina 2022, Intel AS Ungkap Rencana 10 Ribu Penerjun Payung dan Memenggal Kepala Pemerintah /Reuters

ARAHKATA - Pernyataan Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk perang dengan Ukraina mengakibatkan harga-harga komoditas energi internasional seperti minyak dan gas melonjak.

Terkait hal tersebut, anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto, minta Pemerintah mengantisipasi masalah ini jangan dengan mengorbankan rakyat melalui cara menaikkan harga energi domestik.

“Fraksi PKS minta Pemerintah cepat mengantisipasi berbagai kemungkinan buruk tersebut dan tidak mengambil solusi gampangnya saja dengan mengorbankan rakyat melalui cara menaikkan harga BBM, gas LPG, dan listrik domestik,” kata Mulyanto.

Baca Juga: Rusia Serang Ukraina, Ridwan Kamil Beri Pesan Ini di Instagram

Menurut Mulyanto, pemerintah harus memberi perhatian khusus dan bekerja ekstra keras untuk mencari jalan keluar mengatasi persoalan lonjakan harga komoditas energi dunia ini agar masalah ini tidak merembet dan berpengaruh negatif bagi perekonomian nasional secara keseluruhan.

Sebab, Indonesia saat ini sudah termasuk dalam kelompok negara net importer migas, terutama BBM dan gas LPG.  Kenaikan harga migas dunia secara langsung akan berpengaruh negatif bagi perekonomian nasional.

“Pemerintah jangan sekedar latah dengan menaikkan harga BBM, gas LPG, dan listrik domestik.  Kalau langkah ini yang diambil, maka diduga dapat memicu inflasi.  Yang menderita adalah masyarakat luas.

Baca Juga: Rusia Serang Ukraina, Israel: Masih Ada Waktu untuk Berhenti

Harga LPG dan BBM non subsidi baru-baru ini sudah naik. Termasuk juga komoditas minyak goreng, kedelai dan daging sapi. Sementara pandemi Covid-19 masih belum beranjak turun dan daya beli masyarakat belum pulih benar. Jadi Pemerintah diminta untuk tidak menambah beban masyarakat yang sudah berat ini,” kata Muluyanto.

Untuk itu menurut Mulyanto, berbagai upaya untuk mereduksi ketergantungan kita pada BBM dan gas LPG internasional harus semakin dipercepat.

“Yang sudah sangat mendesak adalah konversi pembangkit listrik tenaga diesel dengan gas atau EBT, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur.  Selain itu adalah konversi gas LPG untuk keperluan rumah tangga dan industri dengan gas alam,” usul politisi senior PKS ini.

Baca Juga: Ahli Katakan Konflik Rusia Ukraina Disebabkan Narasi yang Berbeda  

Dalam jangka pendek Mulyanto mengusulkan agar Pemerintah menghidupkan kembali gerakan penghematan migas nasional. Ini penting, apalagi di tengah pandemi yang ada.

Dalam jangka panjang program mobil listrik, pembangunan kilang minyak dan peningkatan lifting migas menjadi sangat strategis. Sayanganya program-program ini terkesan lambat bila tidak ingin dikatakan jalan di tempat.

Untuk diketahui patokan internasional minyak mentah berjangka Brent naik 4,34 persen menjadi USD 101,04 perbarel, melintasi level USD 100 untuk pertama kalinya sejak tahun 2014.

Baca Juga: Kedubes Ukraina Minta Indonesia Buka Suara Terkait Serangan Rusia

Sepanjang pekan ini harga gas acuan Eropa telah naik lebih dari 65 persen dari level Euro 72,56 per kwh.  Di Inggris, harga gas naik 23 persen, sedangkan harga gas di AS naik 6,5 persen menjadi USD 4,92 per juta British thermal unit (mmBtu).

Kenaikan harga migas tersebut tentunya akan diikuti dengan menguatnya harga LPG.  Harga acuan gas LPG, Contract Price Aramco (CPA), sejak memasuki tahun 2021, mengalami kenaikan tinggi.  Realisasi dari bulan Januari - April tahun 2021 mencapai USD 570 per metrik ton, kemudian meningkat menjadi sebesar USD 847 per metrik ton pada November 2021.***

Editor: Agnes Aflianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x