Puluhan Juta Vaksin AstraZeneca Ditolak Negara Kurang Berkembang, Simak Penyebabnya!

17 April 2022, 10:50 WIB
Ilustrasi Vaksin AstraZeneca /Prokerala

ARAHKATA - Negara-negara kurang berkembang telah menolak puluhan juta vaksin AstraZeneca dari program kemitraan vaksin COVID-19 global, COVAX karena masa simpannya yang singkat.

COVAX adalah program kemitraan vaksin COVID-19 terbesar di dunia.

Sejauh ini telah mendistribusikan 1,4 miliar suntikan vaksin COVID-19 ke 144 negara dan dikelola bersama oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Aliansi Vaksin Global (GAVI).

Baca Juga: COVID-19 Tinggi, Vietnam Berlakukan Lockdown

Karena terburu-buru untuk meningkatkan vaksinasi di negara-negara miskin, COVAX mengalokasikan lebih dari 200 juta dosis ke 61 negara, termasuk sebagian besar negara Afrika hingga September mendatang.

Menurut dokumen COVAX tertanggal 11 April dan diterbitkan minggu ini oleh WHO, hanya sebagian kecil AstraZeneca yang dialokasikan ke negara-negara tersebut.

Seorang juru bicara GAVI, berbicara atas nama COVAX mengatakan dalam Reuters dikutip ARAHKATA pada Minggu 17 April 2022, beberapa negara 'menunjukkan prioritas harapan hidup yang tidak dapat dipenuhi dengan pasokan AstraZeneca yang tersedia.'

Baca Juga: Berhasil Tangani COVID-19, Brunei Darussalam Gelar Pesta

Oleh karena itu, COVAX mendistribusikan jenis vaksin lain agar dapat memenuhi kebutuhan.

Hampir 35 juta dosis AstraZeneca ditolak dan memilih untuk menggantinya dengan vaksin yang diproduksi oleh Johnson & Johnson (J&J), Pfizer dan Moderna.

Negara kurang berkembang dan sebagian besar Afrika hanya meminta sekitar setengah juta dosis vaksin Covishield AstraZeneca yang diproduksi oleh Institut Serum India.

Baca Juga: Evakuasi Dramatis Sembilan WNI dari Chernihiv, Ukraina ke Zona Aman

Sebaliknya, mereka meminta sekitar 16 juta dosis vaksin AstraZeneca Vaxzevria yang diproduksi di Eropa, yang serupa dengan jumlah total dosis vaksin China yang diminta.

Permintaan terhadap produk J&J dan Pfizer jauh lebih tinggi, dengan masing-masing 70 juta dan 40 juta dosis.

Diketahui Vaxzevria AstraZeneca memiliki masa simpan terpendek di antara pemasok COVAX.

Baca Juga: Polisi AS: Enam Korban Tewas Dalam Penembakan Massal di Sacramento

Hal ini menyebabkan kurangnya daya tarik vaksin di negara-negara kurang berkembang yang menghadapi hambatan logistik utama untuk memberikan suntikan dan skeptisisme vaksin yang tinggi.

Vaxzevria memiliki umur enam bulan, namun umurnya menjadi lebih pendek ketika tiba di negara tujuan karena pengecekan, distibusi dan birokrasi.

GAVI mengatakan telah mendorong AstraZeneca untuk mengajukan perpanjangan tanggal kedaluwarsa ke WHO.

Baca Juga: Disetujui! Vaksin Sinopharm Khusus Omicron Masuk Uji Klinis

AstraZeneca menolak berkomentar tentang penyediaan vaksin COVAX, tetapi mengatakan sedang bekerja dengan regulator dan WHO untuk memperpanjang umur Vaxzevria.

Sebagai informasi, WHO telah memperpanjang umur Covishield dari enam bulan menjadi sembilan bulan.***

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler