Iran Terima Vaksin COVID-19 dari Rusia, Pertama 10 Ribu Dosis

- 5 Februari 2021, 07:25 WIB
Vaksin Covid-19, Sputnik V buatan Rusia./
Vaksin Covid-19, Sputnik V buatan Rusia./ /Instagram.com/sputnik_vaccine

ARAHKATA – Iran telah menerima gelombang pertama vaksin virus korona buatan Rusia. Hal itu dilakukan dalam upaya membendung penyebaran virus dan karena negara ini yang paling terpukul dalam hal kematian karena COVID-19 di Timur Tengah.

"Pengiriman pertama vaksin dari Moskow telah mendarat di bandara Imam Khomeini di Teheran," kantor berita IRNA melaporkan pada hari Kamis 4 Februari 2021.

Duta Besar Iran untuk Rusia, Kazem Jalali, sebelumnya mengatakan pengiriman pertama akan terdiri dari 10.000 dosis. Petugas kesehatan dan kelompok yang rentan secara medis akan menerima suntikan dosis pertama.

Baca Juga: Puluhan Ribu Nakes Batal Divaksin pada Dosis Pertama

TV pemerintah Iran mengutip Jalali yang mengatakan bahwa Iran telah memesan lima juta dosis dari Rusia, dengan batch berikutnya akan tiba pada 18 dan 28 Februari.

Menurut pengembang Sputnik V, vaksin tersebut lebih dari 90 persen efektif dan beberapa negara di luar Rusia sudah mulai mengelolanya, termasuk Argentina dan Hongaria.

Pembelian vaksin buatan Rusia telah memicu perdebatan di Iran, karena salah satu ahli penyakit menular terkemuka di negara itu mengatakan, dia tidak ingin menerima suntikan karena belum disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau Badan Obat Eropa.

Minoo Mohraz, seorang tokoh kunci dalam upaya memproduksi vaksin lokal, mengatakan mengimpor Sputnik V adalah "nasib buruk rakyat Iran".

Baca Juga: Belanda Segera Luncurkan Tes Napas Cepat Covid-19

Komentar tersebut mendapat teguran keras dari Kianoush Jahanpour, juru bicara Badan Pengawas Obat dan Makanan Iran, yang mengatakan Mohraz tidak memiliki "tanggung jawab atau status" untuk mengomentari vaksin COVID-19 asing.

Analisis uji klinis di jurnal medis terkemuka The Lancet yang diterbitkan minggu ini menunjukkan kemanjuran 91,6 persen terhadap kasus gejala COVID-19.

Iran sedang memerangi wabah virus korona yang paling mematikan di Timur Tengah, dengan setidaknya 58.000 nyawa hilang dari lebih dari 1,4 juta kasus infeksi.

Baca Juga: Merapi Mulai Aktif, Warga Diminta Siaga

Mengumumkan jumlah korban terakhir pada hari Kamis, juru bicara kementerian kesehatan Sima Sadat Lari memperingatkan bahwa situasi di negara itu "sensitif dan rapuh".

Rata-rata tujuh hari dari infeksi harian yang dikonfirmasi di Iran adalah 6.567 pada hari Rabu, menurut Our World in Data.

Iran juga membuat vaksin

Pada bulan Desember, Iran mulai menguji vaksin buatan Iran pada manusia dan mengatakan akan mendistribusikannya pada musim semi, garis waktu yang sangat agresif.

Sebelum pengembangan cepat vaksin virus corona baru-baru ini, metode pengujian vaksin yang biasa untuk keamanan dan kemanjuran dengan uji coba massal bisa memakan waktu hingga 10 tahun.

Iran juga mulai mengerjakan vaksin bersama dengan Kuba.

Baca Juga: 5 Hal Kecil yang Buat Tagihan Listrik Selangit, 'No 4' Pantesan Bun !

Pemerintah di Teheran telah memuji penelitian vaksin domestik Iran, berulang kali menuduh bahwa sanksi keras Washington merusak upayanya untuk membeli vaksin buatan luar negeri dan meluncurkan kampanye inokulasi massal seperti yang dilakukan di AS dan Eropa.

Sementara, sanksi AS memang memiliki pengaruh khusus untuk obat-obatan dan bantuan kemanusiaan ke Iran, bank internasional dan lembaga keuangan ragu-ragu dalam menangani transaksi Iran karena takut didenda atau dikunci dari pasar AS.***

Editor: Agnes Aflianto

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x