Kolis menjelaskan, untuk menekan biaya tanam porang berikutnya, dirinya juga memilih menggunakan bibit spora yang lebih murah dibandingkan jika menggunakan bibit dari katak (bulbil) ataupun umbi.
"Memang proses tanam agak lama dibandingkan dengan menanam porang dari benih katak ataupun umbi. Namun, dari segi harga lebih hemat. Terlebih di saat harga umbi porang panen sedang anjlok," katanya.
Baca Juga: Petani Sumenep akan Diberdayakan jadi Penghasil Porang
Untuk harga satu kilogram bibit hasil spora mencapai Rp650.000 dan diperkirakan menghasilkan bibit porang sekitar 6.500 biji.
Sedangkan bibit katak, untuk satu kilogram berkisar antara Rp150.000 hingga Rp300.000 dengan isi sekitar 200 katak ukuran sedang.
Sementara, harga bibit porang dari umbi berkisar antara Rp25.000 hingga Rp35.000 per kilogram dengan isi sekitar empat hingga lima umbi tergantung ukuran umbi. Pihaknya berharap agar harga jual umbi porang saat panen tidak semakin turun.
Sehingga petani tidak merugi akibat hasil panen tidak sebanding dengan modal dan biaya operasional tanam.
Baca Juga: Ini 5 Manfaat Porang, Salah Satunya Tingkatkan Imun Manusia
Seperti diketahui, porang telah menjadi komoditas primadona di Kabupaten Madiun untuk diekspor ke Jepang, China, dan sejumlah negara lainnya.
Porang tersebut diekspor dalam bentuk olahan chips (irisan tipis) kering, yang harganya sekitar Rp55.000 per kilogram.