“Jadi, kita perlu pintar-pintar untuk membaca kembali. Tidak hanya secara emosional kita muncul langsung boikot. Kita harus membaca kembali, merinci kembali secara jelas, sehingga tidak merugikan orang banyak,” tambahnya.
Baca Juga: 130 Bayi di RS Gaza Terancam Jiwanya, Generator Hanya Cukup untuk 3 Hari
Hal senada juga disampaikan Peneliti Pusat Industri Perdagangan dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus.
Dia mengatakan aksi boikot itu justru akan berdampak terhadap masyarakat Indonesia sendiri.
“Boikot itu hanya akan merugikan ekonomi kita, dan membuat tenaga kerja yang bekerja di perusahaan-perusahaan yang produk-produknya diboikot banyak yang menganggur,” katanya.
Baca Juga: Ahli Teknologi Plastik: Ada Upaya Memanfaatkan Isu BPA Untuk Menyerang Produk Tertentu
Menurutnya, tidak dipungkiri pasti banyak masyarakat Indonesia yang mungkin bekerja di restoran franchise yang aslinya merek dari Amerika atau beberapa brand produk yang merek Amerika Serikat atau bahkan negara-negara sekutu Israel.
“Dan kalau perusahaan-perusahaan itu diboikot, itu artinya akan banyak dari mereka yang kehilangan pekerjaan. Jadi itu, juga harus menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak yang mau melakukan boikot,” tukasnya.
Dia mengatakan ada cara lain yang bisa dilakukan untuk memprotes aksi kekerasan Israel terhadap warga Palestina selain aksi boikot yang jelas-jelas akan merugikan masyarakat sendiri dan ekonomi.
Baca Juga: Bank KB Bukopin Digugat Rp 13 Triliun, Dinilai Merugikan PT Nur Kencana Lestari Inti