Total Kerugian Negara Pembuatan QCC Tak Dihitung BPK, RJ Lino: Memalukan!

- 26 Maret 2021, 18:35 WIB
Mantan Dirut PT Pelindo II (Persero), RJ Lino ditahan KPK.
Mantan Dirut PT Pelindo II (Persero), RJ Lino ditahan KPK. /Restu Fadilah/ARAHKATA

ARAHKATA - Dalam membongkar kasus korupsi pengadaan barang/jasa, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) biasanya membeber jumlah kerugian negara berdasarkan hasil perhitungan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan).

Namun, tidak untuk kasus korupsi yang membelit mantan Direktur Utama (Dirut) PT Pelindo II (Persero), Richard Joost Lino atau RJ Lino.

Awalnya, Wakil Ketua KPK, Alexander Marwatta menjelaskan, pengiriman tiga unit QCC ke Cabang Pelabuhan Panjang, Palembang, dan Pontianak dilakukan tanpa commision test yang lengkap.

Baca Juga: Halo Guys, Ini Tips Pilih Tips Baju Untuk Para Puan

Di mana, commission test tersebut menjadi syarat wajib sebelum dilakukannya serah rerima barang. Adapun, harga kontrak seluruhnya US$15,554,000.

Jumlah itu terdiri dari US$5,344,000 untuk pesawat angkut berlokasi di Pelabuhan Panjang, US$4,920,000 untuk pesawat angkut berlokasi di Pelabuhan Palembang dan US$5,290,000 untuk pesawat angkut berlokasi di Pelabuhan Pontianak.

KPK, kata Alex, telah memperoleh data dari ahli ITB (Institute Teknologi Bandung) bahwa Harga Pokok Produksi (HPP) tiga unit QCC hanya sebesar US$2.996.123 untuk QCC Palembang, US$3.356.742 untuk QCC Panjang dan US$ 3.314.520 untuk QCC Pontianak.

Baca Juga: Pelatih Timnas U-22 Terkena COVID-19, Dubes Korsel Minta Doakan

"KPK juga telah memperoleh data dugaan kerugian keuangan dalam pemeliharaan tiga unit QCC tersebut sebesar US$22,828,94. Sedangkan untuk pembangunan dan pengiriman barang tiga unit QCC tersebut, BPK tidak menghitung nilai kerugian Negara," ujar Alex sapaan akrab Alexander Marwatta di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Jumat, 26 Maret 2021.

Kerugian negara yang dibeber oleh KPK itu pun mengundang reaksi RJ Lino.

"Tadi Pak Alex bilang pakai ahli ITB. Memalukan sekali!" celetuk Lino sebelum digiring ke Rutan KPK.

Baca Juga: Mengapa Kucing Peliharaan Perlu Disterilisasi?

Kata Lino, ahli ITB yang digunakan adalah sama bidangnya dengan dieinya, yakni ahli gelombang laut bukan ahli dalam craine.

Ahli ITB yang digunakan KPK, menurut Lino, baru pertama kali melihat craine ketika ke Pontianak.

"Dia tidak punya kualifikasi untuk memghitung kerugian negara," tegas Lino.

Atas dasar itu, Lino mengatakan, sejatinya lembaga antirasuah menghentikan kasus korupsi yang membelitnya sejak awal.

Baca Juga: Isu Panas Bambang Pamungkas, Dituding Miliki Anak dengan Perempuan Lain

Sebab, saat kasus ini masih di tahap penyelidikan, dia pernah memberitahukan data kepada tim penyelidik bahwa alat yang digunakannya melalui penunjukan langsung lebih murah ketimbang melalui proses lang.

"Saya tunjuk langsung, dua tahun kemudian saya lelang. Yang ikut lelang sepuluh orang, yang masukin penawaran dua. Barangnya sama persis kebetulan pemenangnya sama, harganya itu US$500ribu lebih mahal daripada saya nunjuk langsung," tandasnya.***

Editor: Agnes Aflianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah