AS Terlibat 'Genosida' Ukraina, Perang Sengaja Diperpanjang?

24 April 2022, 15:26 WIB
Presiden AS, Joe Biden tambah terus bantuan untuk persenjataan perang Ukraina melawan Rusia /Reuters/Mike Blake/REUTERS

 

 


ARAHKATA - Presiden AS Joe Biden diperkirakan akan segera mengumumkan putaran dukungan militer lainnya ke Ukraina, senilai 800 juta dolar AS atau setara dengan Rp11,5 triliun.

Bantuan militer AS ke Ukraina tersebut akan menjadi lebih dari 3 miliar dolar AS atau setara dengan Rp43,4 triliun.

Pada hari yang sama, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan AS dan negara-negara Barat yang dikontrol AS.

Baca Juga: Dewan Pers Melarang Permintaan THR, Dijawab Permohonan Bantuan Idul Fitri Konstituennya

Melakukan segalanya untuk menyeret operasi Rusia semaksimal mungkin dengan 'niat memprovokasi rezim Kiev untuk berperang hingga tets darah penghabisan Ukraina.'

Perlakuan tersebut menunjukkan keinginan Washington untuk memperpanjang perang demi memastikan Rusia cukup rusak dan kolapse.

Dilansir dari Global Times oleh ARAHKATA pada Minggu 24 April 2022, Washington ingin memastikan pasukan Ukraina memiliki senjata demi menahan Rusia sehingga tidak ada ruang untuk pembicaraan damai.

Baca Juga: Kemlu: Jangan Terbujuk Tawaran Kerja Bersyarat Ringan Janjikan Upah Besar

Pengamat mengatakan inilah mengapa pemerintahan Biden akan mengumumkan paket militer besar lainnya dalam waktu dekat.

Menawarkan paket besar dapat membantu perusahaan industri militer menghasilkan uang dalam jumlah besar, yang berasal dari anggaran pertahanan AS.

Membuat proposal kolosal dapat menunjukkan sikap komitmen 'solid' kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sambil menekan sekutu AS demi mengobarkan lebih banyak api pertempuran.

Baca Juga: Kominfo dorong kolaborasi Gerakan Menuju Smart City 2022

Baik Inggris dan Kanada telah berjanji untuk mengirim lebih banyak bantuan militer ke Ukraina.

Pada pernyataan Shoigu, beberapa netizen China berkomentar bahwa 'AS terlibat dalam upaya terselubung untuk melakukan genosida di Ukraina.'***

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Sumber: Global Times

Tags

Terkini

Terpopuler