Sri Lanka berada di bawah keadaan darurat yang diberlakukan oleh Presiden baru Ranil Wickremesinghe pada Minggu.
Peraturan darurat sebelumnya telah digunakan untuk memberikan kekuasaan kepada militer untuk menahan dan menangkap pengunjuk rasa, dan membatasi hak untuk protes.
Baca Juga: Penembakan Massal di Mal, Pelaku dan Tiga Tewas
Mantan Perdana Menteri Wickremesinghe, dilantik pada Kamis setelah memenangkan pemungutan suara parlemen Minggu ini.
Menyusul pengunduran diri Rajapaksa yang melarikan diri dari Sri Lanka setelah unjuk rasa publik besar-besaran yang dipicu oleh krisis ekonomi terburuk negara itu dalam tujuh dekade.
Setelah mengepung kamp pengunjuk rasa, petugas keamanan bergerak di depan sekretariat presiden, kemudian mulai membongkar beberapa tenda dan menyerang pengunjuk rasa di daerah tersebut, kata penyelenggara protes Manjula Samarasekara.
Baca Juga: Banjir Besar Landa China, 12 Tewas dan 12 Hilang
Bagian dari sekretariat era kolonial tersebut diduduki oleh pengunjuk rasa, bersama dengan kediaman resmi presiden dan perdana menteri awal bulan ini.
Tempat tinggal itu kemudian diserahkan kembali kepada otoritas pemerintah.
"Sangat prihatin dengan laporan dari laman protes Galle Face," kata Sarah Hulton, Komisaris Tinggi Inggris untuk Sri Lanka, dalam sebuah cuitan melalui twitter.