Cerita Murung Ibu Kota Diterpa ‘Badai’ Corona

1 Desember 2020, 14:19 WIB
Kolase foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Wagub Riza Patria, dan mendiang Saefullah, Seda DKI Jakarta /Agnes Aflianto/PR Network

ARAHKATA – Kabar mengejutkan tersiar di hari Selasa pertama bulan Desember 2020, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan positif terpapar Covid-19. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh orang pertama di Ibu Kota melalui pesan video berdurasi 4 menit 52 detik.

Dalam video tersebut Anies menuturkan bahwa Ia menjalankan swab tes secara rutin, dan terakhir pada Rabu 25 November 2020 hasilnya negatif.

Kemudian, setelah mendengar kabar Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria dinyatakan positif Covid-19, Anies kembali melakukan tes swab antigen di hari Minggu 29 November 2020, dan hasilnya negatif.

Baca Juga: Jawaban Pertamina Terkait Ledakan di SPBU MT Haryono Jaksel

“Lalu hari Senin tanggal 30 November saya kembali menjalani swab PCR sebagai konfirmasi atas hasil antigen hari sebelumnnya. Ternyata dini hari saya mendapat kabar kalau hasilnya positif. Hasil tes PCR menyatakan bahwa saya positif Covid-19,” ujar Anies.

Sebelumnya, seperti diceritakan Anies melalui videonya, Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria lebih dulu terkonfirmasi positif Covid-19 berdasarkan hasil tes Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada Jumat, 27 November 2020.

Diberitakan, Riza terpapar di lingkungan pekerjaan di mana ada salah satu stafnya yang tertular dari klaster keluarga.

Baca Juga: Tes PCR Positif Covid, Anies Isolasi Pisah dengan Keluarga

Meski dinyatakan positif Covid-19, Gubernur Anies dan Wagub Riza dalam keadaan yang baik tanpa gejala.

Jauh sebelum dua pucuk pemimpin Ibu Kota itu terkonfirmasi positif Covid-19, Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Saefullah meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif di RSPAD Gatot karena terinfeksi virus yang sama.

Rentetan kejadian ini menjadi pukulan keras terhadap orang yang selama ini menganggap remeh wabah Covid-19. Termasuk juga sinyal akan penegakan protokol kesehatan di DKI Jakarta yang perlu dievaluasi.

Baca Juga: Memilukan, Bayi Meninggal Saat Diajak Mengemis Ibunya di Bekasi

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, DKI Jakarta masih salah satu wilayah yang tinggi kasus Covid-19 dengan penambahan rata-rata 1000 kasus setiap harinya.

Bila melihat kenyataan di lapangan memang tidak heran Jakarta selalu menyumbang angka tinggi penyebaran Covid-19, pasalnya masyarakat masih terkesan abai akan penerapan protokol kesehatan.

Hal itu bisa dilihat dari makin seringnya kegiatan dengan memicu kehadiran orang banyak hingga menimbulkan kerumunan pun tak dapat dihindari dan pada akhirnya penerapan protokol kesehatan tidak berjalan.

Baca Juga: Senin Sore Ambulans RS Ummi Bogor Datangi Petamburan

Pemprov DKI Jakarta baiknya kembali mengkaji ulang strategi penanganan Covid-19 yang saat ini dijalankan. Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) Transisi nampaknya kurang keras menahan laju penyebaran Corona di Ibu Kota.

Pada masa pengetatan PSBB beberapa waktu lalu menghasilkan angka penyeberan yang relatif berkurang. Dari situ dapat dipertimbangkan untuk kembali menarik rem darurat jika angka sebaran Covid-19 terus menanjak di Jakarta.

Meski begitu, Pemprov DKI disudutkan pada situasi pergolakan ekonomi karena daya beli masyarakat yang rendah, sehingga harus juga mempertimbangkan bagaimana keberlangsungan ekonomi apabila ingin kembali melakukan pengetatan.***

Editor: Alamsyah

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler