KH Abdul Aziz dan Pengalaman Menarik Bersama Gus Dur

31 Desember 2020, 01:32 WIB
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur /nuonline.com

ARAHKATA - Ketika Presiden Indonesia yang keempat, KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur berkunjung ke Kota Solo.

Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surakarta, Jawa Tengah, KH Abdul Aziz pernah memiliki pengalaman menarik.

Kala itu, tahun 1996, ia baru saja ikut dilantik bersama pengurus lainnya di Lembaga Dakwah NU (LDNU) Kota Surakarta.

Baca Juga: GPII : Antara Demokrasi dan Perlindungan Hukum Ketenagakerjaan

“Waktu pelantikan itu, Gus Dur selaku Ketua Umum PBNU hadir dan ikut memberikan ceramah atau mauidhoh hasanah, cukup lama sekitar satu jam lebih. Senang sekali, beliau mau hadir di acara pelantikan lembaga tingkat cabang dan bahkan memberikan pengarahan,” kata Kiai Aziz melansir dari laman NU Online, Kamis 31 Desember 2020.

Namun, sebelum acara pelantikan tersebut, Kiai Aziz sebetulnya sudah beberapa kali bertemu langsung dengan Gus Dur. Terutama ketika Gus Dur hadir ke Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta.

“Gus Dur, sejak masih muda ternyata sudah akrab pula dengan pengasuh pondok Al-Muayyad KH Abdul Rozaq Shofawi. Saya masih ingat, sekitar tahun 1994, Gus Dur rawuh ke Al-Muayyad dengan mengajak seorang kiai muda,” ungkapnya.

Baca Juga: Bagaimana Refleksi 2020 dari Kacamata KLHK

Di depan para guru Al-Muayyad, yang kebetulan Kiai Aziz juga ikut hadir, Gus Dur mengenalkan kiai muda tersebut.

"Ini saya mengajak kiai muda, doktor lulusan Mekah, namanya Doktor Kiai Said Agil Siradj. Ini doktornya masih kebul-kebul (baru saja lulus). Pak Kiai Said inilah yang besok akan menggantikan saya," tutur Kiai Aziz menirukan ucapan Gus Dur.

Siapa sangka, ucapan Gus Dur di tahun 1994 tersebut, 16 tahun berselang terbukti.

Baca Juga: Bamusi Apresiasi Pelarangan FPI oleh Pemerintah

KH Said Aqil Siroj terpilih menjadi Ketua Umum PBNU pada Muktamar NU ke-32 di Makassar, Sulawesi Selatan, tahun 2010.

Peci Gus Dur

Kenangan lain dari Kiai Aziz terhadap Gus Dur, yakni setelah Gus Dur tak lagi menjadi presiden.

Menurutnya, ketika Gus Dur sudah tidak menjadi presiden, beliau sering berkunjung ke Solo, biasanya terus bermalam di rumah Pak Hussein Syifa', politikus PKB waktu itu.

Baca Juga: Sepanjang Tahun 2020, Pengembangan Riset dan Teknologi Jalan di Tempat

Anehnya, lanjut Kiai Aziz, Gus Dur itu tidak pernah sare (tidur), tapi duduk terus sambil ngobrol sepanjang malam.

“Maka, anak-anak muda NU atau aktivis PKB secara bergantian menemani ngobrol beliau, termasuk saya. Kekuatan fisik beliau memang luar biasa, sehingga yang menemani ngobrol beliau harus digilir, karena tidak ada yang kuat,” ungkap Kiai Aziz.

Pernah suatu ketika, ketika ikut ngobrol bersama Gus Dur, Kiai Aziz bertanya mengenai peci (khas) yang dipakai Gus Dur.

Baca Juga: Jokowi Minta Penerima Dana Bansos Jangan Dipakai Buat Beli Rokok

“Saya pernah tanya, Gus kenapa selalu pakai peci itu?" tanya Kiai Aziz.

Kemudian pertanyaan Kiai Aziz tadi dijawab oleh Gus Dur. "Karena peci itu pemberian dari seorang kiai sepuh, jadi saya pakai terus," jawab Gus Dur singkat.

Jawaban tersebut, kemudian tidak ditanggapi lagi dengan pertanyaan oleh Kiai Aziz.

Tak lama setelah Gus Dur mengobrol bersama para tamu, setelah sekitar jam dua malam, datanglah makanan kesukaan beliau, yakni ceker ayam khas Solo.

Baca Juga: Presiden Minta Bansos Disalurkan Awal Januari untuk Ungkit Daya Beli Masyarakat

“Beliau sangat suka makanan tersebut, padahal untuk dapat makanan tersebut harus menunggu tengah malam yang akhir, karena jam dua malam warungnya baru buka. Warung kok bukanya niru terbukanya pintu-pintu langit,” pungkas Kiai Aziz sembari berkelakar.***

Editor: Ahmad Ahyar

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id

Tags

Terkini

Terpopuler