Pemerintah Berkomitmen untuk Terus Memulihkan Kawasan Mangrove

- 20 Februari 2021, 20:45 WIB
Hutan Mangrove Wonorejo. (Flickr / East Java Tourism Indonesia)
Hutan Mangrove Wonorejo. (Flickr / East Java Tourism Indonesia) /Flickr

ARAHKATA - Terpilihnya Menkeu Sri Mulyani Indrawati menjadi co-chair Koalisi Global Menteri Keuangan untuk Perubahan Iklim periode 2021-2023 sekaligus mengafirmasi kepercayaan komunitas aksi perubahan iklim global yang besar pada Indonesia.

Dalam dekade terakhir, dunia melihat Indonesia memiliki komitmen yang kuat dalam upaya pengendalian perubahan iklim melalui berbagai kebijakan dan instrumen. Kebijakan dan instrumen terkait pendanaan, antara lain, alokasi APBN untuk perubahan iklim (budget tagging), pembentukan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) selaku pengelola beragam dana terkait kehutanan, energi dan sumber daya mineral, perdagangan karbon dan lainnya terkait lingkungan hidup di berbagai kementerian/lembaga.

Seiring dengan peran strategis dalam koalisi itu, pengarusutamaan (mainstreaming) isu perubahan iklim dalam program pembangunan nasional sejalan dengan upaya mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sesuai nationally determined contribution (NDC). Komitmen NDC Indonesia terhadap Persetujuan Paris sebesar 29% dengan upaya sendiri, atau 41% dengan dukungan internasional di 2030.

Baca Juga: Pemerintah Segera Mulai Vaksinasi Lansia, Simak Caranya!

Salah satu upaya mengurangi emisi karbon adalah dengan merehabilitasi dan memanfaatkan lahan basah seperti hutan gambut, mangrove (bakau) dan padang lamun yang tersebar di sejumlah hutan dan pesisir Nusantara.

Ironisnya potensi besarnya stok karbon pada mangrove, rawa pasang surut dan padang lamun–yang dikenal sebagai ‘karbon biru’ juga diiringi dengan tingginya laju kerusakannya. PBB sampai menetapkan darurat perubahan iklim di wilayah-wilayah tropika, seperti Indonesia, Asia Tenggara, Brasil, dan Afrika Tengah akibat derasnya laju deforestasi gambut maupun mangrove.

Padahal hutan bakau menyimpan stok karbon kedua terbesar setelah lahan gambut dan menyimpan karbon tiga hingga empat kali lebih banyak dibanding hutan tropis. Mangrove merupakan tanaman pelindung bagi daratan dari terpaan angin kencang, gelombang besar (tsunami) akibat perubahan iklim. Sejumlah spesies flora dan fauna juga bisa lestari jika lahan bakau dijaga dengan baik. Penting manfaatnya untuk ketahanan bencana nasional dan menjaga keanekaragaman hayati.

Baca Juga: BMKG Himbau Masyarakat Waspada Cuaca Ekstrem Sampai April 2021

Selain itu, ekosistem bakau mampu meningkatkan produktivitas perikanan, kepiting, dan silvofishery bagi masyarakat sekitar. Manfaat lain yaitu pemanfaatan bakau untuk spot ekowisata dan produk turunan dari tanaman di lahan bakau seperti dodol, sirup, dan keripik. Ada manfaat sosial ekonomi yang bisa digarap dari situ.

Halaman:

Editor: Ahmad Ahyar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x