Parah! Pengeluaran Orang Miskin untuk Rokok Lebih Besar dari Makan

- 1 Juni 2022, 17:21 WIB
Ilustrasi rokok dan perokok di dalam rumah.
Ilustrasi rokok dan perokok di dalam rumah. /Pexels/Lilartsy/

ARAHKATA - Tingginya angka perokok di Indonesia sangat memprihatinakan berbagai pihak.

Global Adult Tobacco Survey (GATS) merilis survei terbaru konsumsi tembakau di Indonesia.

Hasil survei tersebut menyebutkan konsumsi tembakau mengalami penurunan sebesar 1,6 persen namun jumlah perokok dewasa justru naik 8 juta orang, dari 60,3 juta menjadi 69,1 juta.

Baca Juga: 8 Makanan untuk Meningkatkan Daya Ingat, Jangan Sampai Pikun dan Alzheimer!

Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono merasa prihatin karena kenaikan tersebut juga berdampak langsung pada aspek sosial dan ekonomi.

"Pengeluaran belanja bahan pokok terbesar kedua pada orang miskin adalah rokok, nilai ini lebih tinggi dari konsumsi makanan bergizi,'" katanya Dante dalam Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Gedung Kementerian Kesehatan RI, dilansir ANTARA, dikutip ArahKata.com, Selasa, 31 Mei 2022.

Baca Juga: Eril Masih Belum Ditemukan, MUI Jawa Barat Imbau Warga Sholat Gaib

1. Faktor adiktif buat perokok sulit berhenti

Dante menerangkan dalam survei tersebut juga menemukan perokok yang mencoba berhenti dalam 12 bulan terakhir ada 43,8 persen sementara perokok yang berencana berhenti ada 63,4 persen.

"Kenapa timbul seperti itu karena faktor adiktif rokok itu sulit untuk dikendalikan, sekali dia merokok susah untuk menghentikan butuh effort jadi bukan karena soal kemauan saja," katanya.

Baca Juga: 6 Cara Mudah Mengetahui Keberhasilan Menyusui Bayi, Penting untuk Pertumbuhan!

2. Paparan asap rokok berbahaya untuk anak

Menurut Dante kondisi tersebut membuat keinginan membeli rokok akan semakin banyak. Untuk itu, edukasi dalam ranah rumah tangga juga digencarkan, apalagi paparan asap rokok langsung berdampak pada kesehatan anak dan orang sekitar.

“Ini tugas kita melakukan edukasi sehingga belanja untuk rokok dalam rumah tangga menjadi sedikit diganti makanan bergizi untuk keluarga,” ujarnya.

Baca Juga: Perhatikan Perbedaan Warna Feses pada Bayi dan Tanda Kesehatannya!

3. Paparan rokok di iklan internet naik

Dante mengungkapkan label peringatan dalam bungkus rokok juga tidak mampu menghentikan keinginan masyarakat untuk berhenti merokok.

Apalagi paparan rokok dan iklan di Internet naik 10 kali lipat selama kurun waktu 10 tahun.

“Perkembangan teknologi membuat paparan rokok di internet naik dari 1,9 persen menjadi 21,4 persen,” katanya.

Baca Juga: Perhatikan 5 Hal Berikut Saat Bayi Mogok Menyusu

4. Strategi pemerintah kurangi konsumsi tembakau

Dante mengungkapkan survei GATS menunjukkan berbagai tantangan mengurangi konsumsi tembakau, khususnya kelompok usia 10-18 tahun sesuai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN).

"Pertama, melaksanakan kebijakan program yang dapat mengurangi kepaparan tembakau di media cetak, elektronik ini juga media sosial. Ya, memang tugas kelihatan sangat mudah, tetapi sangat sulit dikerjakan, tapi kita bisa kerjakan bersama setelah melihat survei GATS ini," pungkas Dante.***

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah