"Saya jelaskan mengenai Indonesia. Saya bilang ada empat pilar kami. Satu efisiensi, efisiensi apa digitalisasi. Kedua hilirisasi, yang ketiga dana desa, itu saya jelaskan kepada mereka. Tapi dua pertama tadi itu kunci Bapak/Ibu sekalian," kata Luhut.
Untuk itu, Luhut mengingatkan KPK jangan keseringan menangkap ‘garong’ di tubuh pemerintah. Sebab jika digitalisasi di Indonesia mulus, maka dia jamin takkan ada yang berani main-main.
Baginya, di dunia, masalah korupsi ini takkan pernah bisa hilang hingga ke akarnya. Daripada merugikan bangsa dengan citra jelek, lebih baik dikurangi jumlah penangkapannya.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Buktikan Dirinya Berhasil ‘Curi’ Hati Masyarakat
"Jadi kalau kita mau bekerja dengan hati, ya kalau (penangkapan) hidup-hidup sedikit bolehlah, kita kalau mau bersih-bersih amat (dari pejabat korup) di surge lah kau," kata Luhut
"Jadi KPK jangan pula sedikit-sedikit tangkap tangkap, ya lihat-lihatlah. Tapi kalau digitalisasi ini sudah jalan tidak akan bisa main-main," katanya lagi.
Kontan kata-kata itu menuai banyak kecaman dari berbagai pihak. Salah satunya mantan penyidik KPK, Novel Baswedan.
Baca Juga: Kemenkop UKM Dukung Pembentukan Koperasi Disabilitas Pertama di Indonesia
Reaksi dari Novel Baswedan muncul setelah Luhut mengkritik cara kerja OTT KPK yang katanya merugikan Indonesia.
Lewat akun Twitternya, Selasa, 20 Desember 2022, Novel beri tanggapan atas pernyataan Luhut terkait OTT.