“Karena terbatas, maka kita fokusnya ke 235 desa. Intinya melakukan pendataan potensi kultural, bukan hanya kesenian tapi juga pengetahuan teknologi termasuk bahasa. Semua dipetakan ngajarin temen-teman desa dengan modal kita seperti ini kira-kira bisa bikin apa,” jelas Hilmar Farid.
Baca Juga: KPK Angkat Bicara, Pasca Firli Bahuri Diterpa Isu Terima Suap Kasus Formula E
Melalui program tersebut, jelas Hilmar Farid, pihaknya ingin mengatasi masalah-masalah desa seperti stunting dan lainnya tetapi pendekatannya lebih fokus ke kebudayaan.
“Perlu proses kultural agar teman-teman bisa menemukan potensi untuk menyelesaikan masalah itu,” pungkas Hilmar Farid.***