Simpati Mak-Mak Membludak ke Paslon ErJi Akibat Video Hancurkan Risma

13 Desember 2020, 08:12 WIB
Pasangan calon walikota- wakil walikota Surabaya, Eri Cahyadi - Armuji (Erji) /Arahkata/

ARAHKATA - Surabaya Survey Centre (SSC)
meliris ada delapan faktor yang membuat pasangan calon walikota- wakil walikota Surabaya, Eri Cahyadi - Armuji (Erji) versi hitung cepat. Selisih suara pasangan ErJi sangat banyak, jika dibandingkan paslon Machfud Arifin - Mujiaman (MaJu) yakni sekitar 13-15 persen.

Direktur SSC, Mochtar W Oetomo menjelaskan, faktor pertama adalah kesolidan kader PDIP yang tidak mudah digoyahkan. Padahal di tubuh PDIP ada banyak faksi.

"Sikap gotong royong yang menjadi naluri di tubuh PDIP otomatis menggelora dan menggelinding ke dalam konteks-konteks tertentu yang diperlukan," kata Mochtar, dikonfirmasi, Minggu 13 Desember 2020.

Mochtar tak memungkiri faktor Walikota Surabaya, Tri Rismaharini sebagai endocer utama pasangan ErJi menjadi faktor kemenangan. Hal itu terbukti 90% menjadi strategi transfer device ErJi dengan menggunakan pengaruh Risma. Tak hanya itu saja, surat Risma dan video ajakan Risma di detik detik akhir jelang coblosan menjadi strategi meraup suara.

Fakto ketiga, viralnya video hancurkan Risma. Video ini justru blunder karena sangat menguntungkan ErJi. Simpati publik, khususnya kalangan emak-emak membludak.

"Bahkan swing voters MaJu diindikasikan banyak berpindah ke ErJi karena berbagai blunder yang dilakukan oleh tim Maju," paparnya.

Keempat, tim dan relawan yang lebih ramping dan efektif. Dengan hanya didukung oleh PDIP dan PSI, tim ErJi jauh lebih militan efektif, dan simple sehingga dapat fokus dalam berbagai koordinasi, konsolidasi serta mobilisasi.

Berbeda halnya dengan banyaknya partai pendukung paslon MaJu. Banyaknya partai pendukung justru akan membuat segala koordinasi, konsolidasi dan mobilisasi menjadi lebih kompleks, sehingga menimbulkan banyak resiko faksionalitas dan uncoordinated. "Salah satunya dampaknya adalah munculnya video hancurkan Risma," tuturnya.

Kelima, Eri menjadi sosok yang beda diantara tiga kandidat yang ada. Paling muda, good looking, relatif terlihat paling memahami dan menguasai tata kelola pemerintahan Surabaya. Mengingat Eri memiliki background sebagai ASN di Pemkot Surabaya yakni sebagai Kepala Bappeko.

Fakto keenam adalah debat publik yg menunjukkan penguasaan data dan masalah pada pasangan ErJi jauh lebih komprehensif dibanding MaJu. "Dengan begitu, sedikit banyak memberi andil pada pergerakan swing voters, karena pemilih surabaya relatif lebih rasional," terangnya.

Faktor yang ketujuh yakni pemilih surabaya yang relatif rasional dan well informed tidak mudah dipengaruhi dengan berbagai opini, jargon, slogan, dan informasi hoax. Apalagi sembako dan uang. Pemilih rasional dan well informed cenderung information seeking, yakni berusaha mencari sendiri informasi tentang para kandidat melalui berbagai sumber informasi. Pemilih memiliki preferensi yang mencukupi untuk menentukan pilihannya.

Faktor kemenangan paslon ErJi adalah simbolisasi dan dukungan Nahdliyin. Pasangan Erji mampu mengawinkan simbolisasi ideal nasionalis-religius.
Eri mampu menampilkan simbolisasi dirinya sebagai nahdliyin dengan ziarah ke berbagai makam, istighosah, pengajian.

"Ini yang ditunjukkan Eri dalam debat publik kedua. Disamping itu dukungan jejaring NU di level kota juga menjadi faktor yang tentu tidak bisa diabaikan begitu saja," pungkasnya.

Editor: Mohammad Irawan

Tags

Terkini

Terpopuler