Vedi menilai baik PDI-P maupun partai Golkar yang lekat dengan kendaraan politik Soeharto sudah sulit dibedakan.
"Gagasan keduanya sangat tidak liberal mengenai hubungan negara dan masyarakat. Terjadi kemunduran khususnya di bidang budaya yang kerap digunakan untuk melegitimasi kecenderungan otokratis para pemimpinnya," tulisnya.
Baca Juga: Bansos Khusus Mahasiswa Cair Rp6 Juta Sampai 23 Januari, Ini Syarat dan Cara Daftarnya
Sementara itu, partai pengusung Anies yakni Partai Nasional Demokrat (Nasdem) disebut Vedi merupakan tempat berlindung bagi kekuatan lama Orde Baru.
"Partai ini dipimpin oleh Surya Paloh, seorang pengusaha era Suharto dan mantan pejabat tinggi Golkar, yang secara historis memiliki hubungan kuat dengan militer," ungkapnya.
Vedi menyoroti bagaimana Anies naik sebagai Gubernur Jakarta tahun 2017 lalu didukung oleh partai pendukung Prabowo, Gerindra.
Baca Juga: Antisipasi Krisis Kesehatan, PK3D Gandeng Puskesmas dan SKPD DKI Jakarta
Prabowo sendiri dahulunya merupakan saingan utama Presiden Joko Widodo. Namun kini, mereka bersatu karena Prabowo menggandeng Gibran Rakabuming Raka yang merupakan putra sulung Jokowi.
Vedi menyimpulkan bahwa meskipun era Soeharti telah jatuh, bayang-bayang kekuasaan, korupsi yang rakus, nepotisme, dan pelanggaran HAM masih menyertai dinamika demokrasi Indonesia.***