Menjadi Hamba Pilihan? Kisah Ini dapat Menjadi Bahan Renungan dan Pelajaran!

15 Februari 2021, 09:46 WIB
Para Salafus shaleh, salah satu kiblat dalam mengambil suri tauladan yang baik. /Facebook/

ARAHKATA - Keteladanan menjadi hal mahal harganya, saat kebebasan bersosialisasi dijadikan kiblat dalam bersilaturahmi. Manusia teladan dalam pandangan umum, adalah mereka yang memiliki sikap, kelakuan, hingga adab yang baik. Bukan hanya sekedar kepada manusia, tetapi bagaimana dirinya memposisikan sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang penuh dengan kekurangan.

Belajar dari seorang Sayyidi Bisyr al-Hafi ra, "Aku bermimpi bertemu Nabi saw. lalu beliau berkata kepadaku

"Wahai Bisyr, tahukah kau apa yg membuat derajatmu ditinggikan oleh Allah melebihi teman-temanmu yg lain?"

"Tidak duhai Rasulullah."

Baca Juga: Jangan Patah Semangat! 5 Ayat Suci Ini bisa Membuatmu Kuat

"Karena kau mengikuti sunnah-sunnahku, kau berkhidmah kepada kaum shalihin, kau selalu memberi nasehat kepada saudara-saudaramu, dan kau sangat cinta kepada para sahabatku juga kepada para ahlul baitku, itulah yg menyampaikanmu kepada derajat kaum abrar (orang-orang pilihan)."

(Mukhtasar Tarikh Dimasyq, jilid 5 hal. 194)

Si Manusia Berkaki Telanjang

Bisyr dijuluki sebagai si manusia berkaki telanjang, lahir di Merv dan menetap di Baghdad. Sewaktu muda, ia adalah seorang berandal.

Kisah bertaubatnya Bisyir dimulai saat dirinya dalam keadaan mabuk sambil berjalan terhuyung-huyung. Tiba-tiba ia temukan secarik kertas bertuliskan: “Bismillaahirrahmaanirrahiim”, “Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” Bisyr lalu membeli minyak mawar untuk memerciki kertas tersebut kemudian menyimpannya dengan hati-hati di rumahnya.

Baca Juga: Peduli Pondok Pesantren, Pemda Sinjai Gelontorkan Rp400 Juta

Di masa itu, ada seorang alim yang dianggap sebagai manusia suci. Yang mana manusia suci ini malam harinya saat tertidur, dalam mimpinya diperintah Allah untuk mengatakan kepada Bisyr, :
“Engkau telah mengharumkan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan namamu. Engkau telah mensucikan nama-Ku, maka Aku pun telah mensucikan dirimu. Demi kebesaranKu, niscayaKu harumkan namamu, baik di dunia maupun di Akhirat nanti.”

Bisyr adalah seorang pemuda berandal,” si manusia suci itu berpikir. “Mungkin aku telah bermimpi salah.”

Oleh karena itu ia pun segera bersuci, shalat kemudian tidur kembali, namun tetap saja mendatangkan mimpi
yang sama. Ia ulangi perbuatan itu untuk ketiga kalinya, ternyata tetap mengalami mimpi yang demikian juga.

Keesokan harinya pergilah ia mencari Bisyr. Dari seseorang yang ditanyanya, ia mendapat jawaban : “Bisyr sedang mengunjungi pesta buah anggur (mabuk-mabukan).”

Maka, pergilah ia ke rumah orang yang sedang berpesta itu. Sesampainya di sana, ia bertanya :

“Apakah Bisyr berada di tempat.”

“Ada, tetapi ia dalam keadaan mabuk dan lemah tak berdaya.”

“Katakan kepadanya  bahwa ada pesan yang hendak ku sampaikan kepadanya,” ,manusia suci itu berkata.

 “Pesan dari siapa?” tanya Bisyr.

“Dari Allah!.” Jawab di manusia suci.

“Aduhai!” Bisyr berseru dengan air mata berlinang. “Apakah pesan untuk mencela atau untuk menghukum diriku? Tetapi tunggulah sebentar, aku akan pamit kepada sahabat-sahabatku terlebih dahulu.”

“Sahabat-sahabat” ia berkata kepada teman-teman minumnya. “Aku dipanggil, oleh karena itu aku harus meninggalkan tempat ini. Selamat tinggal! Kalian tidak akan pernah melihat diriku lagi dalam keadaan yang seperti ini!.”

Sejak saat itu tingkah laku Bisyr berubah sedemikian salehnya sehingga tidak seorang pun yang mendengar namanya tanpa kedamaian Ilahi menyentuh hatinya. Bisyr telah memilih jalan penyangkalan diri. Sedemikian asyiknya ia menghadap Allah bahkan mulai saat itu ia tak pernah lagi memakai alas kaki. Inilah sebabnya mengapa Bisyr dijuluki si manusia berkaki telanjang.

Apabila ditanya : “Bisyr, apakah sebabnya engkau tak pernah memakai alas kaki?” Jawabnya adalah : “Ketika
aku berdamai dengan Allah, aku sedang berkaki telanjang. Sejak saat itu aku malu mengenakan alas kaki. Apalagi bukankah Allah Yang Maha Besar telah berkata : “Telah Kuciptakan bumi sebagai permadani untuk mu.” Dan bukankah tidak pantas apabila berjalan memakai sepatu di atas permadai Raja?”.

Ahmad bin Hambal sangat sering mengunjungi  Bisyr, Ia begitu mempercayai kata-kata Bisyr sehingga murid-muridnya pernah mencela sikapnya itu.

“Pada zaman ini tidak ada orang yang dapat menandingi mu di bidang Hadits, hukum, teologi dan setiap cabang ilmu pengetahuan, tetapi setiap saat engkau menemani seorang berandal. Pantaskah perbuatanmu itu?”

“Mengenai setiap bidang yang kalian sebutkan tadi, aku memang lebih ahli daripada Bisyr,  jawab Ahmad bin
Hambal.

“Tetapi mengenai Allah ia lebih ahli daripada ku," tegasnya.

Editor: Mohammad Irawan

Tags

Terkini

Terpopuler