Eksplorer Keunikan Detusko dan Geliat Ekowisata di Kaki Gunung Kelimutu

21 April 2021, 22:50 WIB
Eksplorer Keunikan Detusko dan Geliat Ekowisata di Kaki Gubung Kelimutu /Yohannes Marto/ARAHKATA

ARAHKATA - Desa Detusoko Barat berada tepat di bawah kaki Gunung Kelimutu, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Berada tepat disimpang jalan jalur Trans Flores, desa berpenduduk 734 jiwa ini menjadi jalur keluar masuknya wisatawan dari dan menuju ke Taman Nasional Kelimutu.

Selain letaknya yang strategis, Desa dengan luas wilayah 6,19 Km2 itu teryata menyimpan sejuta potensi pariwisata nan eksotis. Mulai dari alam, budaya hingga keramahan warganya.

Kondisi geografis Detusoko berada di lembah hulu sungai Wolowona dan dikelilingi pegunungan dengan suhu berkisar antara 18°C sampai 25°C, sangat sejuk.

Baca Juga: Ketika Peler Bedebu jadi Nama Makanan Khas Kepulauan Seribu

Keelokan alam dan ramah senyum warga Detusoko membuat wisatawan betah dan berlama-lama menapaki jejak di kaki gunung Kelimutu itu.

Membaca peluang kunjungan wisatawan menuju TN Kelimu, pemerintah Desa Detusoko Barat rupanya tidak ingin kehilangan kesempatan untuk memajukan sekaligus menopang ekonomi masyrakat desa tersebut dengan meraup pundi-pundi rupiah dari bisnis pariwisata.

Berbekal ilmu kepariwisataan yang dipelajiri selama satu tahun (2014-2015) di Florida, Amerika Serikat, putra kelahiran Detusoko, Ferdinadus Watu alias Nando mulai mewujudkan mimpi mensejahtrakan masyakat di Detusoko melalui sektor pariwisata dengan ide Ekowisata.

Baca Juga: Tempat Berikut Juga Punya Sejarah Selain Niagara Hotel!

Ide Nando bukan tanpa alasan, Ia melihat Detuskoko selain didukung oleh meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke TN Kelimutu, Detuskoko merupakan daerah potensial untuk mengembangkan ekowisata karena potensi alam, seni, budaya, dan etnis suku Lio yang unik.

Selain itu, Detusoko juga memiliki Sawah bertingkat luas dan bentuknya yang unik. Konsep ekowisata Detusoko itu awalnya dimulai oleh Nando dengan titik start membuat sebuah mebuat Kaffe yang menjadi one stop service informasi wisata desa-desa penyanggah kawasan Taman Nasional Kelimutu dengan destinasi wisata Danau Kelimutu.

“Pendirian kafe selain ingin memperkenalkan bentuk bangunan lokal bebahan alam dan menyajikan menu pangan lokal, juga menjadi semacam tempat bagi wisatawan bersantai sambil menikmati keindahan panorama sawah di bagian belakang sawah,” jelas Nando, Minggu (18/04/2021), kepada 10 pemuda pegiat pariwisata dari tiga kabupaten di Manggarai yang rombongan Ayu Indonesia untuk bejajar konsep ekowisata di tanah leluhuir suku Lio itu.

Baca Juga: Sandiaga Ingatkan Para Pengelola Objek Wisata untuk Patuh Prokes

Diskusi santai sambil menikmati Kopi di Caffe Lepa Lio, sosok inpiratif yang kini menjabat sebagai kades Detusoko Barat itu menjelaskan, keunikan bentuk sawah termasuk luasnya yang tidak seragam dan unik sudah terjadi sejak dahulu karena areal sawah yang ada merupakan warisan dari generasi ke generasi dan dimiliki hampir semua keluarga yang mendiami Desa Detusoko Barat.

Selama 4 hari (15-19 April 2021) bersama rombongan Ayu Indonesia di Desa Detuskoko Barat, meski kehidupan masyrakatnya perlahan beradaptasi modernisasi jaman, namun mereka sangat menjujung tinggi keluhuran budaya warisarin nenek moyang suku Lio dan sangat menyatu dengan alam.

Pada beberapa titik tertentu, wisatawan yang hendak mengeksplor keindahan alam Detusoko bahkan tidak diperbolehkan untuk merokok atau mebawa korek api. Dikhawatirkan tangan usil tanpa sengaja membakar sesuatu atau putung rokok akan menyulut api.

“Beberapa tempat yang akan kita kunjungi tidak diperbolehkan untuk merokok atau membawa korek api. Masyrakat adat disini memberlakukan sanksi adat bagi yang melanggar,” jelas Didin, local guide di desa tersebut.

Keseharian masyarakat suku Lio tak beda jauh dengan suku lain di Flores. Mereka bertani dan bercocok tanam seperti petani pada umumnya. Sebagai salah satu desa ekowisata terbaik di Indonesia, Kades Nado mengusung konsep tour yang disebutnya “One Day Be a Farmer” bagi wisatawan yang berkunjung tepat pada musim tanam atau musim panen.

Nando menjelaskan, para wisatawan akan diajak menanam padi, memberi makan ternak, memancing ikan di kolam, memetik hasil kebun, dan mengikuti pertemuan adat kampung. Jika beruntung, wisatawan dapat mengikuti prosesi adat “nggua uwi” dan “nggua uta”. Dua acara tersebut sebagai penegasan identitas suku Lio sebagai masyarakat agraris.

Tekat Nado wujudkan kegiatan pariwisata berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konsevasi alam, sosial budaya dan ekonomi masyarakat Detusoko terbukti mampu menopang kesejahtraan masyrakat setepat.

Wisata alam lembah yang subur dibaluti oleh keindahan alam nan hijau ini terletak hanya 33 km dari Kota Ende. 45 menit dari Bandara Ende, berada tepat di jalur jalan utama Trans Flores.

Berada pada ketinggian 800 mdpl, Detusoko hadirkan pesona alam yang dengan topografi yang indah, areal persawahan terasering, dipagari perbukitan hijau, dihiasi berbagai tanaman pertanian. Bagi siapa saja yang berkunjung ke Danau Kelimutu, saatnya singgah sejenak menikmati keindahan Detusoko

Tawaran Paket Wisata Unik di Detusoko.

Detusoko Village Trekking Tour Package, dimana para wisatawan akan memperoleh pengalaman berwisata mengesankan dengan Menyusur jalan, menikmati sawah dan pemandangan indah sepanjang mata, dihamparan sejuknya udara dan hangatnya sinar pagi.

Kades Nado mengusung konsep Agrotour Eksplorasi Sawah, dimana para wisatawan diajak terlibat dalam kegiatan pertanian sawah berbalur lumpur, nikmati sehatnya menjadi petani dengan belajar menyiapkan lahan, menanam padi dan memanen.

Nando menjelaskan bahwa melalui paket wisata yang satu ini, para wisatawan akan memperoleh pengalaman yang disebutnya “one day be a farmer” bagi wisatawan yang berkunjung tepat pada musim tanam atau musim panen.

Selain itu, melalui Komunitas Remaja Mandiri Community (RMC) Detusoko, Kades Nando juga mendirikan unit usaha Caffe Break bernama Lepa Lio. Lepa berasal dari Bahasa Lio yang berarti pondok, tempat beristirahat.

Sedangkan ‘Lio” merupakan nama salah satu etnis atau suku masyrakat setempat. Berada tepat di seberang utara jalan raya Trans Flores Ende-Maumere. Keseluruhan bangunan Lepa Lio dibuat dari material local bamboo.

Sedangkan atapnya terbuat dari anyaman daun Lontar. Sementara lantainya berbahan kayu. Untuk menyambung dan mengikat bambu digunakan tali ijuk sehingga praktis tidak ada penggunaan paku berbahan besi.

Nando menjelaskan, sebagai desa penyangga kawasan Taman Nasional Kelimutu, Desa Detusoko Barat menangkap peluang kunjungan wisatawan. Karena itu, keberadaan Caffe Lepa Lio yang strategis, selain sebagai rest area juga menjadi ‘tourist information service’ tentang spot wisata potensial Detusoko.

“Kafe ini dibangun menggunakan dana pribadi di atas lahan milik keluarga. Ketika bicara pariwisata maka masyarakat ingin melihat hasil nyata, bentuknya seperti apa. Kita harus memberi contoh nyata dahulu, bukan sekedar bicara visi misi. Kafe ini menjadi semacam rest area dan one stop sevice informasi berbagai potensi wisata yang ada di desa dengan produk unggulannya. Kita ingin mengangkat budaya lokal Lio dalam hubungan dengan kearifan lokal sehingga menu yang disajikan juga merupakan makanan lokal. Tempat ini semacam gerbang informasi produk lokal desa dipamerkan,” jelas Kades Detusoko Barat itu diselah diskusi santai bersama rombongan Ayu Indonesia di Caffe tersebut, Minggu (18/04/2021).

Selain menawarkan view sawah bertingkat Detusoko, Caffe Lepa Lio juga menyajikan varian menu sederhana berbahan pangan local yang menggoda selera. Beberapa menu khas racikan barista Lepa Lio diantaranya, Poffertjes with Robusta Coffee, (snack pagi Poffertjes dengan ditemani secangkir premium robusta coffee), Banana Cake with Robusta Coffee, (Nikmati nuansa pagi dengan sajian Snack Banana Cake dengan secangkir Robusta Coffee), Herbal Drink with Banana Fritters (Nikmati sejuknya pagi dengan minuman herbal khas Detusoko ditemani banana lapis cokelat), Herbal Drink white Sorgum (Nikmati minuman herbal dengan ditemani pop sorgum) dan beberapa varian menu lainya.

Selain menu siap saji, Caffe Lepa Lio juga menawarkan produk local yang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh khas Detusoko diantaranya yaitu Luwak Coffee 1 kg yang merupakan jenis produk Kopi Luwak Liar Robusta Detuskoko.

Selain itu, ada juga Arabica Detusoko Coffee 250 gr, Robusta Detusoko Coffee 250 gr,(Robusta Detusoko Coffee diambil dari ketinggian 1.200 dpl yang diolah oleh petani lokal dan kaum muda di Detusoko), Peanut Butter yang terbuat dari kacang organik pilihan, tanpa pengawet, tumbuh di dataran tanah Vulkanik Detusoko, dengan cita rasa khas suku Lio.

Selain itu ada juga hasil olahan kopi Detusko yang berupa Parfum Aroma Kopi Detusoko. Parfum tersebut memiliki aroma khas buah (fruty notes) yang diambil dari biji kopi pilihan. Gelang Kopi Detusoko yang merupakan accsesories lokal yang dihasilkan oleh pengrajin lokal Detusoko. Berbagai jenis produk original dari Kaki Gunung Kelimutu tersebut hanya di Lepalio Cafe Detusoko.***

Editor: Ahmad Ahyar

Tags

Terkini

Terpopuler