Kasus Gagal Ginjal Akut, Bareskrim Periksa Kepala BPOM Hari Ini

21 November 2022, 19:57 WIB
Kepala BPOM, Penny Lukito /PMJ News

ARAHKATA - Penyidik Bareskrim Polri akan memeriksa Kepala BPOM atau Badan Pengawas Obat dan Makanan, Penny Lukito sebagai saksi terkait kasus gagal ginjal akut. 

Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan mengungkapkan, penyidik Bareskrim Polri telah mengirimkan surat pemanggilan pada Jumat, 18 November 2022 lalu.

"Pada hari Jumat tanggal 18 November 2022 tim penyidik Bareskrim Polri mengirimkan surat pemanggilan kepada kepala BPOM RI pada hari Senin 21 November 2022 untuk diambil keterangannya sebagai saksi," kata Ramadhan dalam keterangannya, dikutip ArahKata.com.

 Baca Juga: IDAI: Kasus Polio Muncul Lagi, Jangan Anggap Sepele Imunisasi!

Sebelumnya, Bareskrim Polri menetapkan dua perusahaan, yaitu PT Afi Farma dan CV Samudera Chemical (SC), sebagai tersangka kasus gagal ginjal akut.

Kedua perusahaan itu sebagai tersangka dalam kasus dugaan obat sirop tercemar zat kimia berbahaya yang diduga kuat sebagai penyebab kejadian gagal ginjal akut anak di Indonesia.

Penetapan tersangka ini disampaikan Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol. Dedi Prasetyo dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis, 17 November 2022.

 Baca Juga: Gempa Melanda Cianjur, 56 Warga Tewas dan Ratusan Rumah Rusak

“Yang ditetapkan tersangka itu korporasi (perusahaan),” kata Dedi.

Jenderal bintang dua itu menjelaskan. kedua perusahaan itu diduga melakukan tindak pidana memproduksi obat atau mengedarkan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan dan mutu.

Modus PT Afi Farma, yakni dengan sengaja tidak melakukan pengujian bahan tambahan propilen glikol (PG) yang ternyata mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) melebihi ambang batas.

 Baca Juga: Gempa Magnitudo 5,6 Melanda Kota Cianjur Porak Poranda

“PT A hanya menyalin data yang diberikan oleh suplier (pemasok) tanpa dilakukan pengujian dan quality control untuk memastikan bahan tersebut dapat digunakan untuk produksi," katanya.

Dari hasil penyidikan, kata Dedi, PT Afi Farma diduga mendapat bahan baku tambahan tersebut dari CV Samudera Chemical (CV SC). Setelah dilakukan kerja sama dengan BPOM di lokasi CV Samudera Chemical ditemukan sejumlah 42 drum propilen glicol yang setelah dilakukan uji laboratorium oleh Puslabfor Polri mengandung EG yang melebihi ambang batas.

Dalam perkara ini penyidik telah mengantongi alat bukti yang cukup dalam menetapkan tersangka. Penyidik memeriksa 41 orang, di antaranya 31 saksi dan 10 orang saksi ahli.

 Baca Juga: BREAKING NEWS! Gempa di Cianjur Terasa hingga DKI Jakarta dan Sekitarnya

“Barang bukti yang diamankan, yakni sejumlah obat sediaan farmasi yang diproduksi PT A, berbagai dokumen tersebut pesanan pembelian (purcashing order) dan pengiriman pesanan (delivery order) PT A, hasil uji laboratorium terhadap sampel obat produksi PT A dan 42 durm PG yang diduga mengandung EG dan DEG yang ditemukan di CV SC,” kata Dedi.

Kedua perusahaan itu, kata Dedi, disangkakan dengan pasal berbeda. PT Afi Farma selaku perusahaan farmasi disangkakan melanggar ketentuan Pasal 196 juncto Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) juncto Pasal 201 ayat (1) dan/atau ayat (2) Undang-Undang RI No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan Pasal 62 ayat (1) juncto Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang RI No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dengan ancaman hukuman 10 tahun penjara dan denda paling banyak Rp 2 miliar.

Baca Juga: Pemprov DKI: Waspadai Agen Perjalanan Ilegal Jelang Libur tahun baru

Untuk CV Samudera Chemical disangkakan Pasal 196 juncto Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dan/atau Pasal 60 angka 4 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Perubahan Atas Pasal 197 juncto Pasal 106 juncto Pasal 201 ayat (1) dan/atau ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 62 Jo Pasal 8 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Jo Pasal 55 dan/atau pasal 56 KUHP dengan ancaman 15 tahun penjara dan denda maksimal Rp 2 miliar.***

 

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Tags

Terkini

Terpopuler