ARAHKATA - Membaca buku saat ini sedang menjadi perbincangan hangat di media-mesia sosial. Hal ini dikaitkan dengan unggahan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, di media sosial saat duduk santai dan membaca buku di kediamannya.
Bahkan, unggahan foto Anies membaca buku How Democracies Die, karya dua profesor Universitas Harvard Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt, bukan hanya mengundang komentar netizen baik kontra maupun tidak, tetapi juga turut mengundang komentar Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri.
Mengomentari membaca buku, Firli mengatakan juga membaca buku. Ia mengaku sudah membaca buku Why Nations Fail yang menurutnya terbit 2002.
Baca Juga: Menkes Terawan Beri Sinyal Kenaikan Iuran BPJS?
"Kalau kemarin saya lihat ada di media Pak Anies membaca How Democracies Die. Sebelum itu bukunya, ada Why Nations Fail, itu sudah lama saya baca, tahun 2002 sudah baca buku itu," kata Firli saat mengisi sambutan agenda 'Serah Terima Barang Rampasan dari KPK' yang disiarkan akun YouTube KPK, Selasa (24/11).
"Kalau ada yang baru baca sekarang, kayaknya baru bangun. Makanya banyak yang mengkritisi kan, sudah lama buku itu," lanjutnya.
Entah salah menyebutkan atau tidak, buku Why Nations Fail ditulis oleh Daron Acemoglu dan James Robinson, diterbitkan pada 20 Maret 2012, berbeda sepuluh tahun dari terbitan pertama buku tersebut.
Baca Juga: Rencana Pembukaan Sekolah Pemerintah Pusat Dinilai Lepas Tangan
Menanggapi pernyataan Firli yang akhirnya ramai di media sosial, Rocky Gerung mengatakan, bahwa ada fenomena menarik dari political culture saat ini, melihat dari fenomena yang ada.
"Ada fenomena menarik bahwa olok-olok pada pejabat itu jadi political culture yang baru," ujar Rocky, dilansir dari chanel youtube Rocky Gerung Official, saat diwawancara oleh Harsubeno, dalam Forum News Network, Selasa (24/11).
Baca Juga: Kementerian PANRB Perpanjang Usulan Formasi Guru PPPK
Lebih Jauh Rocky mengatakan, publik berupaya untuk melihat bagian yang sebetulnya sublim dalam politik. Yaitu, integritas pemimpin dan kecerdasan pimimpin.
"Kalau dulu bohong akan sulit ditemukan. Bahkan biaa 20 tahun kemudian berbohong itu baru diketahui. Kalau saat ini realtime dicek faktanya," ujar Rocky.
"Saya menganggap , Indonesia sangat maju dalam mencari kesalahan orang tapi dalam upaya membangun negara ini," pungkasnya.