FKPPAI Soroti Banjir Kalimantan Karena Alih Fungsi Lahan

- 26 Januari 2021, 13:40 WIB
FKPPAI menyoroti banjir di Kalimantan
FKPPAI menyoroti banjir di Kalimantan /ARAH KATA/

 

ARAHKATA - Fenomena banjir selama dua pekan di beberapa wilayah Pulau Kalimantan menimbulkan pertanyaan. Banyak pihak menduga banjir terjadi akibat dari deforestasi lahan kehutanan.

Forum Komunikasi Pemuda Pecinta Alam Indonesia menyoroti adanya kejahatan lingkungan yang disebabkan alih fungsi lahan. Proses penambangan dan pembukaan lahan sawit menyebabkan banjir bandang dan ditambah turunnya musim penghujan.

"Kejahatan lingkungan yang kerap terjadi di Indonesia dilakukan agar lahan hijau tersebut dapat dialih fungsikan untuk keperluan ekonomi lain, seperti halnya pertanian, peternakan atau yang kian marak terjadi, dialih fungsikan menjadi kawasan perkotaan atau wilayah industri," Ujar Sekretaris Jenderal FKPPAI, Sumarna Suryadiningrat kepada wartawan di Jakarta, Selasa, 26 Januari 2021.

Baca Juga: Pesan Jokowi di CAS 2021 Terkait Bencana dan Iklim Indonesia

Sumarna juga menyebut bahwa perlunya penyelidikan lebih lanjut terkait tindak kejahatan lingkungan, karena menurutnya, bencana alam banjir yang tak lama menerjang Kalimantan Selatan juga dapat diakibatkan oleh faktor manusia yang menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan.

“Bencana Alam di Kalimantan seharusnya dapat dijadikan pelajaran, kita harus menghormati lingkungan dan tindak tegas perusahaan yang kerap melakukan pengrusakan lingkungan,” tegasnya.

Ia juga menyebutkan bahwa pemerintah punya andil yang cukup besar dalam menjaga tanah air Indonesia."Pemerintah harus berani untuk menindak tegas pihak yang melakukan pengrusakan lingkungan," terangnya.

Baca Juga: Waspada Wilayah Ini Akan Dilanda Hujan Lebat

Dalam kesempatan lain, Greenpeace Indonesia melalui unggahan sosial media Twitter, menyebutkan;

“Kerusakan ekologi yang belum juga menjadi perhatian serius pemerintah @jokowi, mengantar pada bencana yang kembali mengawali awal pergantian tahun,” tulis Greeenpeace Indonesia.

Greenpeace juga menyoroti adanya kehilangan lahan yang pesat selama 50 tahun terakhir dengan berubah menjadi lahan monokultur dan pertambangan."Kini meningkatnya suhu bumi yang disebabkan pembakaran batubara dan hilangnya hutan, membawa bencana Krisis Iklim ke tanah Borneo," tulisnya.***

Halaman:

Editor: Agnes Aflianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x