Menlu Retno Marsudi Pilih Shuttle Diplomacy  Solusi Pangkas Salah Paham Myanmar

- 25 Februari 2021, 21:08 WIB
Retno Marsudi.
Retno Marsudi. /twitter.com/MoeThinChoe

ARAHKATA - Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi terus melakukan diplomasi untuk memangkas salah paham yang terjadi di Myanmar, terkait dukungan pemerintah RI pada salah satu kubu militer di Myanmar pasca pemakzulan Aung San Suu Kyi.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh menteri luar negeri RI Retno LP Marsudi dengan menggelar pertemuan kepada junta Myanmar di Bangkok Thailand.

Dalam pertemuan Menlu RI ia bertemu dengan Menlu Myanmar U Wunna Maung Lwin dan disaksikan oleh Menlu Thailand Don Pramudwinai pada Rabu, 24 Februari 2021.

Pada pertemuan tersebut dengan delegasi negara Myanmar yang disaksikan oleh Menlu Thailand Retno Marsudi mengaku prihatin atas keselamatan dan kesejahteraan warga Myanmar dan menegaskan kembali perlunya proses transisi demokrasi yang inklusif harus ditegakkan.

Baca Juga: Beda Pendapat Antara Pengadilan dan Imigrasi Malaysia Soal Deportasi Warga Myanmar

"Kita meminta semua pihak untuk menahan diri dan tidak menggunakan kekerasan untuk menghindari terjadinya korban dan pertumpahan darah," kata Retno LP Marsudi dalam jumpa pers virtual Kamis 25 Februari 2021.

Menurut Retno Marsudi Indonesia masih mengedepankan pendekatan shuttle diplomasi atau diplomasi ulang alik berkontribusi mencari penyelesaian terbaik bagi situasi di Myanmar saat ini.

"Selalu ada pendekatan diplomatis yang kami utamakan termasuk dengan pendekatan shuttle diplomatic. Kami terus melakukan pembicaraan dengan semua pihak menjalin komunikasi berkonsultasi selalu dilakukan Indonesia dengan tujuan utama dapat memberikan kontribusi untuk menangani masalah yang sedang berkembang ujar Retno Marsudi," ujar Retno Marsudi.

Retno memastikan bahwa posisi Indonesia saat ini bukanlah pendukung salah satu kubu yang diutamakan oleh Indonesia adalah konsen terhadap perkembangan situasi di Myanmar terutama bagi kesejahteraan ibu dan anak juga pendidikan generasi penerus.

myanBaca Juga: Malaysia Putuskan Deportasi 1000 Warga Myanmar

Retno mengakui bahwa dirinya sudah memilih misi penuntasan salah paham Indonesia dengan rakyat Myanmar dengan mengedepankan misi shuttle demokrasi selama 2 minggu terakhir.

Retno sudah Mengunjungi sejumlah negara di Asean untuk menjelaskan posisi Indonesia tidak ingin mencampuri urusan dalam negeri Myanmar.

"Berbicara dengan semua pihak menjalin komunikasi, berkonsultasi selalu dilakukan Indonesia dengan tujuan utama dapat memberikan kontribusi untuk menangani masalah yang sedang berkembang," tutur Retno Marsudi.

Adapun sejumlah negara ASEAN yang sudah disambangi Retno Marsudi terkait tudingan massa demonstran Myanmar terhadap Indonesia sudah dimulai pada pekan lalu, yakni kunjungan Retno Marsudi ke Brunei Darussalam dan Singapura.

Selain itu, Retno juga sudah Mengunjungi dan berkonsultasi secara intensif kepada Menteri luar negeri dari Filipina Malaysia Singapura Vietnam Laos dan Kamboja. 

Terlebih Retro juga sudah membuka komunikasi dengan Amerika Serikat dan menteri luar negeri Inggris Sekjen PBB dan ketua Global leadership forum and society.

"Komunikasi ini meluruskan posisi Indonesia tidak mendukung pihak manapun yang sedang berseteru. Posisi Indonesia hanya mengedepankan perundingan dan mengutamakan keselamatan masyarakat di Myanmar," kata dia.

Di hadapan wartawan Retno mengaku bukan perkara mudah untuk menerapkan konsep shuttle diplomacy di tengah wabah pandemi Covid -19.  " Ini harus diluruskan sebelum ada pihak-pihak lain yang memanfaatkan kesalahpahaman dari pemberitaan yang sudah ada," kata dia.

Baca Juga: Kemenlu RI Tegaskan Tak Ikut Andil Pada Kudeta Militer Myanmar

Seperti diketahui bahwa awal mula konflik Myanmar memanas dengan tudingan Indonesia terlalu ikut campur dalam masalah rumah tangga negara Myanmar. Ini akibat dari pemberitaan dari media asing Reuters berjudul Eksklusive: Indonesia plan called for Southeast Asia to hold Myanmar Junta to election pledgte'. 

Seperti diberitakan Reuters itu menjelaskan bahwa Indonesia mendukung opsi pemilihan umum ulang di Myanmar. Padahal tidak ada satu statement pun yang menjelaskan bahwa Indonesia mendukung pemilihan ulang di Myanmar.***

Editor: Agnes Aflianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah