”Kalau terlalu tinggi, harusnya ada keterbukaan (dari pihak perusahaan) yang fair itu berapa? Ada mekanisme (yang bisa diambil) kalau tak mampu,” katanya.
Kalah Saing
Menanggapi ditutupnya dua pabrik garmen itu, Wahyu meyakini, alasan utamanya bukan karena UMK melainkan kalah saing.
Dua perusahaan tersebut diduga tumbang menghadapi persaingan di tingkat lokal maupun global.
Baca Juga: Gelorakan Kebangkitan Kuliner Indonesia Dalam Ajang Sial Interfood 2022
Selain itu, ada faktor lain yang bisa berpengaruh, seperti dialami perusahaan lain sebelumnya.
”PT Dada dulu tutup bukan karena upah buruhnya terlalu tinggi, tetapi karena pengusahanya serakah dan tidak kuat atas tekanan rekan-rekan sesama pengusaha garmen,” ujar Wahyu.
Lebih lanjut, ia mengklaim, sumber daya manusia di Purwakarta memang lebih mumpuni sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi pengusaha.
Baca Juga: Prof. Dr. Anwar Daud: Pelabelan BPA Kemasan Kaleng Lebih Cocok Ketimbang AMDK
Wahyu menyimpulkan, penyebab suatu perusahaan bangkrut, bukan hanya karena upah.