2,8 Juta Penganggur di Indonesia Alami Hopeless of Job, Merasa Pesismis Dapat Pekerjaan

- 18 Januari 2023, 13:45 WIB
Ilustrasi pengangguran. Simak renana aksi penuntasa pengangguran oleh Pemkab Bekasi.
Ilustrasi pengangguran. Simak renana aksi penuntasa pengangguran oleh Pemkab Bekasi. /Pixabay/Geralt.

ARAHKATA - Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah mengatakan, salah satu tantangan dalam mengupayakan penurunan pengangguran di Indonesia adalah menangani penganggur yang mengalami hopeless of job atau merasa tak mungkin memperoleh pekerjaan.

Dari total 8,4 juta penganggur, sebanyak 2,8 juta atau 33,45 persen di antaranya mengalami hopeless of job.

Dari 2,8 juta orang yang mengalami situasi hopeless of job tersebut, sekitar 76,90 persen berpendidikan rendah (lulusan SMP ke bawah).

 Baca Juga: Ketika Blockchain Mentransformasi Aset Digital ke Properti Nyata

"Jadi karena tingkat pendidikan rendah, mereka tak memiliki harapan untuk memiliki pekerjaan. Ini mengindikasikan tingkat pendidikan mereka tak mampu menyiapkan mereka memasuki pasar kerja, baik pendidikan yang rendah maupun kompetensi mereka," kata Ida Fauziah saat menjadi narasumber dalam Rakornas Kepala Daerah dan Forum Kordinasi Pimpinan di Daerah (Forkompimda) bertema Kebijakan Ketenagakerjaan dalam Pengurangan Angka Pengangguran' di Sentul International Covention Center, Bogor, Jawa Barat, Selasa 17 Januari 2023.

Ida mengatakan, tantangan kedua dalam penurunan pengangguran adalah tekanan untuk meningkatkan penciptaan lapangan kerja, khususnya di sektor formal. Tantangan ketiga adanya nilai budaya kerja baru.

"Generasi Y dan Z yang masuk dalam pasar kerja telah membawa nilai-nilai budaya kerja baru. Misalnya nilai work-life-balance, pekerjaan yang bermakna dan worktainment," kata Ida Fauziah.

 Baca Juga: Viva Yoga Sebut Karakter KSAD Dudung Mirip Tokoh Batara Guru dalam Pagelaran Wayang Orang Pandawa Boyong

Tantangan keempat, lanjut Ida Fauziah, yakni risiko mismatched atau ketidaksesuaian antara pasokan dan permintaan akibat digitalisasi. "Digitalisasi mendorong perubahan permintaan keterampilan kerja, pola hubungan kerja, serta waktu dan tempat bekerja yang semakin fleksibel, " ujarnya.

Halaman:

Editor: Wijaya Kusnaryanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x