Awasi Risiko Kecanduan Gawai Remaja, Perlu Kolaborasi Orang Tua dan Guru

19 Mei 2022, 11:00 WIB
Caption : Waspada! ciri-ciri anak kecanduan handphone yang harus diketahui (Pixabay/Mirkosajkov) /

ARAHKATA - Pesatnya perkembangan teknologi digital serta smartphone (gawai) bisa membawa dampak negatif kepada remaja terlebih jika minimnya pengawasan dari orang tua.

Orang tua bersama guru bimbingan dan konseling (BK) perlu berkolaborasi memantau risiko kecanduan gawai pada remaja termasuk saat pandemi COVID-19, menurut Widyaiswara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Ana Susanti.

"Guru BK harus bekerja sama dengan orang tua mengenali tanda dan gejala awal yang mengarah atau berisiko tinggi kecanduan itu. Kemudian, guru BK perlu melakukan intervensi yang diperlukan untuk mencegah atau menemukan dampak merugikan dari penggunaan smartphone," ujar Ana Susanti dalam webinar Remaja dan Gawai yang diselenggarakan Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB), dilansir ANTARA dikuip ArahKata.com, Rabu, 18 Mei 2022.

Baca Juga: Gala Sky Sedih Instagram Vanessa Angel Hilang, Warganet Seret Doddy Sudrajat

Gawai sendiri sebenarnya tak selalu berdampak buruk pada remaja dan hal ini salah satunya ditunjukkan survei dilakukan Gregorio Serra dari Unit of Pediatrics di Campus Bio-Medico University, Roma, Italia pada .Juli 2021 mengenai seberapa sering smartphone digunakan anak dan remaja selama pandemi COVID-19.

Survei yang melibatkan sekitar 5.000 orang berusia 14-18 tahun itu memperlihatkan adanya perubahan tujuan penggunaan smartphone di kalangan remaja yakni pada koneksi manusia, pembelajaran dan hiburan.

Hasil Survei menunjukkan penggunaan smartphone memberikan dukungan psikologis dan sosial selama pandemi COVID-19 sebagai akibat dari tindakan pengendalian infeksi virus.

Baca Juga: Serius dengan Rizky Febian, Mahalini Raharja Belum Mau Nikah di Usia Muda

Tetapi, di sisi lain, gawai memberikan dampak negatif yakni peningkatan signifikan dari penggunaan berlebihan dan kecanduan. Sebelum pandemi, yang risiko mengalami kecanduan itu lebih tinggi tetapi setelah pandemi risikonya lebih rendah.

Menurut Ana, khusus dalam menanggulangi kecanduan anak pada gawai ada sebuah teknik yang dinamakan Emotional Freedom Techniques (EFT). Merujuk Healthline, EFT termasuk pengobatan alternatif untuk mengatasi rasa sakit fisik dan tekanan emosional.

Pengguna teknik ini meyakini mengetuk tubuh dapat menciptakan keseimbangan dalam sistem energi Anda dan mengobati rasa sakit. Menurut pengembangnya, Gary Craig, gangguan energi menjadi penyebab semua emosi dan rasa sakit negatif.

Baca Juga: 5 Cara Menerapkan Pola Makan Sehat dan Seimbang, Jangan Lupa Minum!

Meski masih diteliti, EFT telah digunakan untuk mengobati orang dengan kecemasan dan orang dengan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

"Kami melayani untuk menanggulangi anak-anak yang kecanduan ini dengan menggunakan Emotional Freedom Techniques. Sebagian berhasil, sebagian lagi masih berproses. Untuk bisa lakukan intervensi, mempertahankan perkembangan fisik dan psikologis yang memadai serta hubungan sosial yang sehat," jelas Ana.

Lebih lanjut terkait kolaborasi, dia mengatakan, ada beberapa identifikasi yang harus dilakukan guru BK bersama orang tua yaitu memilih anak-anak yang memiliki keterfokusan dalam penanganan masalah kecanduan lebih cepat.

Baca Juga: 4 Cara Sehat Turunkan Berat Badan, Cukup Makan Teratur!

"Itu yang dilakukan lebih dalam terkait bagaimana melakukan asesmen anak-anak yang perlu mendapatkan bantuan di lapangan," demikian tutur Ana yang juga Founder Rumah Guru BK itu.***

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler