Mantap, Angka Harapan Hidup Orang Indonesia Makin Panjang

14 Februari 2023, 16:32 WIB
Ilustrasi tubuh lebih berenergi karena menjalankan hidup sehat /pixabay/

 

ARAHKATA - Angka harapan hidup penduduk di Indonesia semakin panjang dan hal tersebut berdampak pada terus bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia. Hal itu diutarakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

“Wujud nyata dari lansia tangguh adalah lansia yang Sehat, Mandiri, Aktif, Produktif, dan Bermartabat (SMART),” kata Ketua Tim Kelompok Kerja Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN Harlis Is Ambarwati di Jakarta, dikutip ArahKata.com pada Senin, 13 Februari 2023.

Di Jawa Tengah misalnya, dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 diketahui angka harapan hidup penduduk di Jawa Tengah rata-rata usianya sudah mencapai 74,47 tahun. Dimana usia rata-rata laki-laki adalah 72,61 tahun dan perempuan usia 76,42 tahun.

 Baca Juga: Jembatan Timbang Belum Siap Dukung Pelaksanaan Zero ODOL

Sehingga pada tahun 2021, jumlah lansianya mencapai sebesar 13,8 persen penduduk Jawa Tengah atau 5,04 juta orang.

Dengan pertumbuhan lansia yang semakin meningkat, BKKBN akhirnya Orientasi Pendampingan Perawatan Jangka Panjang 2023, dengan tujuan menjadikan para lansia memiliki hidup lebih bermakna melalui pembentukan fasilitator Pendamping Jangka Panjang (PJP) yang kompeten.

Fasilitator PJP adalah Perkumpulan Juang Kencana (PJK) yang beranggotakan pegawai purna bhakti BKKBN, yang diharapkan dapat memberikan manfaat untuk diri anggota sendiri dan masyarakat. melalui keahlian untuk melaksanakan program pembelajaran dalam satu kelas sesuai kurikulum dan membimbing anggota untuk mencapai target pendidikan.

 Baca Juga: Jembatan Timbang Belum Siap Dukung Pelaksanaan Zero ODOL

Diharapkan para fasilitator yang menjadi relawan mengajar itu dapat menentukan mengelola, membentuk kelompok, melaksanakan proses belajar mengajar hingga melaksanakan wisuda bagi lansia yang menjadi siswa di Sekolah Lansia.

“Relawan yang telah dilatih ini kemudian dapat ditugaskan sebagai kepala sekolah, pengajar, wali kelas atau ketua dan wakil ketua kelas sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya,” katanya.

Direktur Eksekutif pada Indonesia Ramah Lansia (IRL) Dwi Endah menekankan proses optimalisasi peluang kesehatan baik secara psikologis maupun fisik, partisipasi dan kesejahteraan sangat penting guna meningkatkan kualitas hidup sebagai manusia berusia lanjut.

 Baca Juga: PB IDI dan Pemerintah RI Kirimkan Relawan Tenaga Medis untuk Bantu Gempa Turki

Terlebih bila merujuk pada hasil penelitian Robert Kane dan Joseph Ouslander, terdapat sindrom 14i yang banyak dialami kalangan Lansia. Sindrom 14i yang lazim menjadi masalah kesehatan atau sosial pada lansia itu yakni tidak bebas bergerak (immobilisation), mudah jatuh (instability), beseran (incontinance), sulit BAB (impaction), menurunnya daya ingat (intelektual), mudah terkena infeksi (infection), kurang gizi (inanition) dan tidak punya uang (impecunity).

Kemudian dampak dari konsumsi obat yang banyak (iatrogenesis), gangguan penglihatan dan pendengaran (impairment of vision and hearing), sulit tidur (insomnia), penurunan daya tahan tubuh (immune deficiency) dan disfungsi ereksi (impotensi).

“Lansia juga menimbulkan masalah tersendiri bagi milenial yaitu munculnya sandwich generation, atau generasi yang terjepit oleh beban tanggungan dari generasi di atas dan di bawahnya,” katanya.***

 

 

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Sumber: BKKBN

Tags

Terkini

Terpopuler