Menulis adalah Ekspresi Jiwa, Simak Tips Berikut untuk Menjadi Penulis Laris

- 23 Februari 2021, 13:22 WIB
Ilustrasi menulis/pixabay
Ilustrasi menulis/pixabay /

ARAHKATA - Menulis adalah kegiatan yang bisa dilakukan semua orang, dari anak-anak hingga lansia. Kegiatan inipun dapat digunakan sebagai terapi pengobatan.

Namun sebagian orang menganggap bahwa tidak mudah untuk menuliskan kisah hidupnya, walaupun pada masa remaja banyak yang menuliskan keresahan hatinya pada selembar kertas atau buku diary.

Arahkata.com melansir dari akun Facebook netizen, Wahyu yang merupakan member Komunitas Jenius Writing.

Baca Juga: Mengenal SEO bagi Seorang Content Creator, Cara Mengoptimasi Pencarian Organik

"Tulis aja dulu!" tulisnya pada artikel berjudul Pencuri Ion, setelah menghadiri acara kulwa bedah naskah Ion-Ion Ratih dan Pencuri Embun Pagi pada ruang Googlemeet.

Simak cerita berikut ini, berkali- kali Uni Tan Malina Batuah, penulis Ion-Ion Ratih mengungkapkan untuk 'tulis saja dulu'.

Beliau seorang penulis yang tak pernah hilang semangat. Tak hanya di acara bedah novel saja. Di kelas-kelas menulis yang terpantau, beliau tak pernah sungkan berbagi ilmu.

Seseorang yang dikenal karena keahlian meracik kata menjadi puisi mempesona, ternyata begitu piawai menulis novel Niteni.

Penulis pemula ini yang biasanya menulis puisi, bisa menyelesaikan novel hanya dalam waktu 1 bulan lebih.

"Uni Tan selalu mengatakan 'Ya' dan sigap langsung eksekusi terhadap tampolan saya." ungkap Coach Lutfi, pembina Jenius Writing.

Hasilnya, satu bulan lebih saja, lahir novel berenerginya. 'Ion-Ion Ratih' begitu terasa keringat pantang menyerahnya.

Baca Juga: Viral Kartu Prakerja Bukaan Baru, Waspada Hoax dan Spam Beredar Luas

Kekuatan penulisnya sering mengecoh, pembaca mengira ini adalah kisah dari penulis. Ternyata Ini Fiksi. Terinspirasi dari satu sosok yang sudah tiada, Marsinah.

Di sayap lain Uni Tria Cahaya, penulis Pencuri Embun Pagi sukses menulis lebih baik daripada naskah yang sempat raib.

"Semua kerja kerasku hilang, padahal pada saat itu sudah enam puluh persen selesai dibuat naskahnya, dan ternyata hpnya hilang."

"Rasanya pasti nyesek sekali. Gemes, marah, kecewa, campur aduk kayak bubur ayam. Ibarat ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya," demikian komentar seorang sahabat gen JW.

Bukan gen JW kalau pamer pada kebuntuan, bangga pada kegagalan. Tampolan Lutfi justru malah membuat tulisan kembali dalam wujud yang lebih baik.

Fokus dan relakan. Menulis dengan konsentrasi dan mengamati tulisan untuk direvisi berkali-kali. Agar menjadi lebih lezat, lebih enak untuk dibaca.

Menulis dari ide yang paling sederhana memudahkan kita untuk eksekusi. Terus digosok hingga akhirnya menjadi berlian.

"Kalau nunggu ide sempurna ya kapan nulisnya," ujar Lutfi menambahkan penjelasan Tria.

Menulis dapat dimulai dari yang paling dekat dan akrab dengan diri kita.

"Gunakan jurus Lekat Dekat Akrab (LDA), dan yakinlah apapun ide akan menjadi sajian yang istimewa. Saat kita mau menggosoknya dan sabar serta rela menikmati prosesnya, semua akan lancar," demikian tulis Wahyu mengakhiri artikelnya.***

Editor: Mohammad Irawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x