Bos WIKA Ogah Investasi di Jalan Tol Lagi, Kenapa?

14 April 2021, 19:11 WIB
Ilustrasi jalan tol /Pixabay/Alexas_photo

ARAHKATA - Direktur Utama (Dirut) OT Wijaya Karya (Persero) Tbk, Agung Budi Waskto menegaskan, WIKA idak akan lagi menanamkan investasi di proyek jalan tol.

"Kami, tidak punya rencana investasi di jalan tol dan sebagainya," ujar Agung dalam sebuah webinar di Jakarta, Rabu, 14 April 2021.

Dalam kesempatan tersebut, Agung juga membeberkan strategi perusahaan hingga 2024. Dalam strategi tersebut WIKA akan mendivestasikan beberapa aset, khususnya aset jalan tol.

Baca Juga: PT KAI Keluarkan Aturan Baru untuk Para 'Anker'

Aset WIKA yang akan didivestasikan adalah aset-adet kecil, seperti Prima Terminal Petikemas. Kemudian, ruas Bali Tol & CMLJ (PT Citra Marga Lintas Jabar) di 2022, juga ruas tol Serang Panimbang di 2023.

Kedua, tol itu dimiliki oleh WIKA sebagai Badan Usaha Jalan (BUJT).

Saat ini, tol Serang Panimbang sedang dibangun. Agung memastikan, seksi 1 Serang - Rangkas Bitung akan selesai sepenuhnya pada bulan Juni. Lebaran nanti akan digunakan untuk fungsional. Sementara untuk seksi 2 Rangkasbitung - Cileles dan Seksi 3 Cileles - Panimbang baru beroperasi pada 2023.

Baca Juga: Luhut Minta KPK Pantau Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Adapun, sebagai gantinya, WIKA akan berinvestasi di sektor mineral. Pemilihan sektor mineral ini bukan tanpa dasar.

Agung menyebut, sektor mineral lebih menjanjikan dan bagus ke depannya. Khususnya, di sektor energi baru terbarukan.

Menurut Budi, saat ini, belum banyak pemain di sektor energi baru terbarukan. Nah, ini menjadi peluang bagi WIKA untuk main di sektor tersebut, mengingat perseroan juga memiliki lini bisnis terkait industri metal dan pertambangan.

Baca Juga: Ketika Peler Bedebu jadi Nama Makanan Khas Kepulauan Seribu

"WIKA ada keunggulan di 40 persen pendapatan di industri metal dan mining," ucap pria lulusan Master di Engineering Civil, Indian Institute Technology Roorke tersebut.

Sepanjang tahun 2020, penjualan WIKA hanya mencapai Rp16,5 triliun. Ini merosot tajam dibandingkan penjualan 2019 di angka Rp27,2 triliun.

Penurunan penjualan terjadi karena sejumlah proyek yang digarap WIKA terhenti karena pandemi Covid-19.

Baca Juga: Merasa Tertipu, Warga Grebek Rumah Bos EDC Cash di Bekasi

"Pandemi juga mengganggu pasokan bahan material proyek dan membuat produktivitas rendah," ujar Agung.

Faktor lain yang membuat penjualan WIKA menurun adalah tidak adanya kontrak baru sepanjang tahun 2020.

Data penjualan yang merosot tajam berimplikasi terhadap laba perseroan. Di mana, pada 2020, WIKA hanya berhasil meraup laba sebesar Rp322 miliar. Sedangkan pada 2019 laba bersih Wijaya Karya mencapai Rp2,6 triliun.***

Editor: Agnes Aflianto

Tags

Terkini

Terpopuler