Dia mengaku, telah belajar dari guru yang salah sehingga akhirnya memahami Pancasila sebagai taghut atau berhala yang harus ditolak, diingkari, dan ditinggalkan.
Tapi setelah Ken menyadari yang dilakukan (ajaran) itu salah, dia memutuskan untuk keluar, dan belajar memahami Pancasila dengan cara yang benar.
Baca Juga: KPK Tahan Tersangka Korupsi Helikopter AW-101 Rugikan Negara Rp224 M
Di sisi lain, menurut Ken, radikalisme akan tumbuh di sebuah negara yang mayoritas, dan kebetulan di Indonesia adalah mayoritas Islam.
Jadi ketika ada pelaku terorisme yang ditangkap Densus 88, kemudian terdapat di kolom KTP pelaku yang tertuliskan beragama Islam.
"Misalkan, di India yang mayoritas Hindu, maka yang menjadi teroris adalah oknum yang mengaku beragama Hindu," ujar Ken menyontohkan.
Baca Juga: Dibongkar, Ini Trik Bandar Judi Online Bikin Pemain Tak Bakal Menang
Padahal, sergahnya kemudian, sejatinya radikalisme dan terorisme adalah musuh agama dan musuh negara.
Sebab, tidak ada satupun agama yang membenarkan tindakan radikalisme dan aksi terorisme.
Lebih lanjut, Ken mengatakan, tolak ukurnya ketika sedang belajar agama itu kalau secara benar akan menjadikan kita damai.