Sejarah Tradisi Berkirim Parsel dan Hantaran Jelang Lebaran

21 April 2023, 10:25 WIB
Rekomendasi Parsel Lebaran 2023, Mewah Harga Terjangkau Cocok Untuk Keluarga dan Kolega //Cek foto Kharisma Youtube/

ARAHKATA - Menjelang Idul Fitri atau hari besar keagamaan, masyarakat Indonesia umumnya sibuk bertukar parsel.

Menurut Prof. Dr. Agus Aris Munandar dari Universitas Indonesia, tradisi berkirim parsel atau bingkisan Lebaran telah ada sejak lama dan tak lepas dari kebudayaan masyarakat pada masa lampau.

Parsel Lebaran kerap berisi bermacam makanan atau perkakas rumah tangga. Karena biasanya dikirim ke keluarga, kolega, maupun orang terdekat, tampilan parsel pun dibuat cantik dengan berbagai hiasan.

Baca Juga: SPKLU Mobile Pertama di Indonesia Kini Ada di Ruas Tol Jawa Tengah, Catat Lokasinya!

Beberapa tahun belakangan, istilah hamper lebih sering dipakai, tetapi sejatinya sama-sama bingkisan berisi hadiah.

Agus menjelaskan bahwa tradisi memberi hadiah semacam ini berakar pada kebiasaan masyarakat pada era prasejarah.

Saat Puasa dan Lebaran, ada 'Bom Tanda Buka'
“Tradisi memberi sesuatu bermula dari persembahan kepada Adikodrati (religi prasejarah),” ujarnya.

Baca Juga: Ini Tips Mudik Aman dan Lancar dengan Kapal Laut dari Pengamat Maritim

Oleh karenanya, masyarakat pada zaman itu menunjukkan sikap hormat dan religius kepada kekuatan alam guna menjaga keselarasan hidup.

Sikap religius ini lah yang diwujudkan dalam bentuk persembahan atau hadiah.
Lama kelamaan, budaya pemberian hadiah berkembang sebagai tradisi sosial.

Pada masa ini, konsep pemberian berwujud sebagai upeti yang sifatnya wajib dan digunakan untuk kepentingan bersama, potlatch, penghargaan, dan oleh-oleh.

Baca Juga: Pemerintah Tetapkan Idul Fitri Jatuh Pada Sabtu 22 April 2023

“(Tradisi memberi hadiah) kemudian berkembang dengan bermacam fungsinya kepada sesama manusia, terutama dalam pergaulan sosial,” ucap Agus menjelaskan.

Tradisi Hantaran Makanan

Di samping parsel, menjelang Idul Fitri biasanya masyarakat juga kerap bertukar hantaran makanan dengan tetangga.

Menurut sejarawan kuliner dari Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman, kebiasaan ini dapat ditelusuri dari tradisi panen raya pada masa kerajaan pada abad ke-16.

Baca Juga: PDIP Bakal Umumkan Ganjar Capres Ubah Peta Politik

“Hantaran lebaran merupakan bentuk transformasi dari tradisi hantaran hasil bumi yang dipersembahkan rakyat kepada raja dan sebaliknya,” ujar Fadly.

Seiring berakhirnya era kerajaan, tradisi hantaran makanan menjadi tertuju pada tetangga, saudara, serta handai tolan.

Pada masa kolonial, masyarakat mulai saling membalas hantaran makanan yang dikirim menjelang Lebaran. Dikemas dalam rantang, menu yang dihidangkan biasanya khas Idul Fitri seperti ketupat, opor, rendang, dan sebagainya.

Baca Juga: Peneliti SMRC: Ganjar Jadi Modal PDIP Pimpin Koalisi Besar

“(Tradisi memberi hadiah) kemudian berkembang dengan bermacam fungsinya kepada sesama manusia, terutama dalam pergaulan sosial,” ucap Agus menjelaskan.

 

“Ketika dikirimi dalam bentuk rantang, secara spontan kita akan membalasnya. ‘Ah, malu kalau kita mengembalikan dalam kondisi kosong’. Lalu kita akan mengisinya kembali dengan makanan,” ucap Fadly dalam penjelasannya.

Sedangkan makanan seperti kue kering khas Lebaran dulunya dijadikan hantaran oleh keluarga Eropa kepada bangsawan pribumi.

Baca Juga: Heboh! Pistol Milik Dirut BUMN Meletus di Bandara di Makassar

Kini, hantaran telah bertransformasi menjadi bentuk yang lebih modern, tetapi menurut Fadly, esensi serta maknanya tidak berubah.***

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Tags

Terkini

Terpopuler