Kecanduan Gawai Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental Anak

24 Juli 2022, 23:16 WIB
Kecanduan gadget (gawai) pada anak bisa memengaruhi bahkan menyebabkan gangguan mental jika tak segera diatasi. Hal tersebut berdasarkan penjelasan Psikolog Psikolog Seto Mulyadi. /ANTARA

ARAHKATA - Kecanduan gadget (gawai) pada anak bisa memengaruhi bahkan menyebabkan gangguan mental jika tak segera diatasi.

Hal tersebut berdasarkan penjelasan Psikolog Psikolog Prof. Dr. H. Seto Mulyadi, S. Psi., M.Si.

Anak yang kecanduan gawai bisa tiba-tiba marah ketika sinyal susah, kuota habis.

Baca Juga: Kak Seto: Darurat Perlindungan Anak Dari Intoleransi

Karena merasa seolah tidak terpenuhi kenikmatan dan kenyamannya.

Bahkan, ada yang sampai dirawat di rumah sakit jiwa, kata pria yang akrab disapa Kak Seto itu kepada ANTARA, Minggu, 24 Juli 2022.

"Jadi dari berbagai hal inilah sesuatu yang dinikmati dan sudah merasa nyaman dengan keadaan itu, tiba-tiba hilang secara mendadak, memang bisa menimbulkan anak-anak stres. Dia tidak bisa belajar sosial, tidak bisa melihat bagaimana pergaulan," jelas Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) itu.

Baca Juga: Indonesia Raih Medali Emas dan Perunggu di International Biology Olympiad 2022 di Yerevan

Lebih lanjut, Seto menjelaskan ada beberapa kondisi yang harus diwaspadai oleh orangtua saat anak kecanduan gawai.

Apabila anak sudah sulit untuk diatur, mengganggu pola makan, ibadah dan waktu belajar, hal tersebut perlu diwaspadai.

Apalagi jika mood sang anak sulit untuk dikendalikan jika dijauhkan dari gawai.

Baca Juga: Citayam Fashion Week Didaftarkan HAKI Oleh Orang Tajir, Dihujat Netizen

"Kalau anak sudah mulai nggak teratur. Kalau makan, nggak makan. Kalau ibadah, tidak. Waktunya belajar juga tidak. Terus main gadget. Kadang mengurung diri di kamar. Atau uring-uringan. Marah-marah, nah itu sudah harus waspada. Ada sesuatu yang tidak beres pada jiwa anak," kata Kak Seto.

Jika anak sudah mengalami hal tersebut, Kak Seto menyarankan agar orangtua dapat meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak.

Dengan demikian, hubungan persahabatan antara orangtua dan anak pun dapat terjalin sehingga anak tak hanya terfokus pada gawainya saja.

Baca Juga: Panglima TNI Tegaskan Temuan Senjata di Lampung Sudah Diselesaikan

"Jadi biasakan menggelar rapat keluarga. Atau ngobras, ngobrol bareng asik misalnya. Jangan sekedar memberikan perintah saja. Tapi mulai dengan sekarang ayah dan bunda mau dengar apa yang menurut kalian kami salah? Gitu," kata Kak Seto.

Dengan dialog, menurut Kak Seto, maka terjalin persahabatan.

Akhirnya, anak lebih nyaman bahwa ayah sama bunda sekarang sudah berubah. Tidak seperti dulu.

Baca Juga: Citayam Fashion Week Bukan Hanya Tempat Adu Gaya, Tetapi Ladang Cuan

"Karena itu juga tempat pelarian anak. Begitu ibunya marah, ayahnya cuek, ya sudah. Asyik banget dia dengan gadget," pungkasnya.***

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler