Disdik DKI Jakarta Evaluasi Hasil Survei PTM Terbatas di Sekolah

24 September 2021, 10:50 WIB
Uji coba pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka terbatas di SMAN 81 Jakarta pada 1 April 2021 /Instagram/@disdikdki

ARAHKATA - Semenjak pendidikan mendapat pelonggaran diizinkan untuk memulai Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas Sekolah di DKI Jakarta melakukan uji coba sejak Senin, 30 Agustus 2021 lalu.

Ada 610 sekolah yang melangsungkan PTM terbatas tersebut diantaranya terdiri dari berbagai jenjang mulai SD, SMP, hingga SMA.

Selama berjalanya PTM terbatas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pun melakukan survei di Jakarta dan endapati adanya 25 klaster COVID-19.

Baca Juga: PTM Digelar, Puan Maharani Ingatkan Keselamatan Siswa

Sehingga data tersebut diunggah di situs sekolah.data.kemdikbud.go.id, berdasarkan data survei per 22 September 2021, terdapat 25 klaster COVID-19 dari 897 responden sekolah yang mengisi survei.

Dengan rincian meliputi Jakarta Barat menjadi wilayah dengan klaster terbanyak akibat PTM, yakni delapan klaster.

Sementara itu, Jakarta Timur enam klaster, Jakarta Utara lima klaster, Jakarta Selatan lima klaster, dan satu klaster di Jakarta Pusat.

Baca Juga: PTM, Bantuan Kuota Internet Tetap Disalurkan dan Lebih Fleksibel

Total pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) yang tercatat positif COVID-19 mencapai 227 kasus.

Sementara itu, siswa atau peserta didik yang terpapar dan berstatus positif COVID-19 ada 241 kasus.

Untuk itu, Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta juga mengevaluasi berjalannya PTM terbatas di Jakarta per 22 September 2021.

Baca Juga: PTM Terbatas Digelar, Hindari Dampak Negatif PJJ

Pada evaluasi tersebut hanya enam sekolah yang ditemukan adanya kasus positif COVID-19.

"Jadi setelah dievaluasi per tanggal 22 September 2021 itu, memang ada tujuh sekolah yang diberlakukan penutupan sementara. Enam di antaranya karena ditemukan kasus positif, dan satu sekolah akibat melanggar prokes," kata Kasubag Humas Disdik DKI Jakarta Taga Radja Gah pada Kamis, 23 Agustus 2021.

Pihaknya juga telah mengkonfirmasi sekolah yang sedang menjalankan PTM terbatas untuk memastikan terjadinya kasus positif COVID-19.

Baca Juga: FAN Beri Perhatian Khusus Selama PTM Terbatas

"Kami juga mengkonfirmasi ke 610 sekolah (yang sedang menjalankan PTM terbatas), tidak ada. Artinya yang kami tahu hanya ada itu enam sekolah ditemukan satu kasus positif dan satu sekolah ditemukan pelanggaran protokol kesehatan," terang Taga.

Taga menjelaskan, tujuh sekolah yang dilakukan penutupan sementara tersebut, yakni di SDN Klender 03 yang ditemukan dua kasus positif. Satu siswa tertular dari keluarga dan kemudian satu siswa tertular di sekolah.

Di SMK 66 ditemukan kasus positif pada satu guru tertular di rumah, di SDN Pondok Rangon 02 satu siswa tertular di rumah dan di SMP PGRI 20 satu orang guru positif.

Baca Juga: PTM Sudah Dimulai, Wali Kota Bandung Minta Orangtua Waspada

Sedangkan di SMA 25 satu orang guru positif dan di SMA 20 satu siswa positif serta di SDN 05 itu karena pelanggaran protokol kesehatan (prokes).

Saat ini, dari tujuh sekolah itu, enam di antaranya sudah kembali melaksanakan PTM normal setelah ditutup tiga hari untuk disinfeksi dan pelacakan yang hasilnya tidak ada penularan lanjutan, terkecuali satu sekolah, yakni di SDN 05.

"Jadi dari tujuh sekolah, enam di antaranya sudah kembali buka untuk PTM terbatas, terkecuali yang satu (SDN 05) masih dalam pantauan yang melanggar prokes, karena prokes kan kebiasaan, bagaimana membiasakan hidup sehat," jelasnya.

Baca Juga: Langgar Prokes, PTM SDN 05 Jagakarsa Diberhentikan

Meski ditemukan kasus positif, Taga menilai di sekolah-sekolah tersebut belum bisa dinyatakan semuanya sebagai klaster penularan karena hanya ada satu sekolah yang terjadi penularan di sekolah, yakni di SDN Klender 03.

"Klaster hanya ada di SDN Klender. Itupun sudah ditelusuri dan tidak ada yang lain. Kami bersama Dinkes berdiskusi, jika terpapar satu orang dalam satu area dan tidak terjadi penularan itu belum dinyatakan klaster," tutur Taga.

"Kami bukan menutupi tapi ini untuk menjaga bahwa psikologi masyarakat tidak negatif gitu," lanjut Taga.***

Editor: Tia Martiana

Tags

Terkini

Terpopuler