Resmi! Kemenag Atur Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Mushola

21 Februari 2022, 21:15 WIB
Ini Aturan Lengkap Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala Sesuai Surat Edaran Terbaru Menteri Agama /Pixabay/xegxef

ARAHKATA - Kementerian Agama (Kemenag) secara resmi telah menerbitkan surat edaran terkait penggunaan pengeras suara ditempat ibadah seperti masjid dan mushola.

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan jika penggunaan pengeras suara di masjid dan mushola merupakan kebutuhan bagi umat Islam sebagai salah satu media syiar Islam di masyarakat.

"Pedoman diterbitkan sebagai upaya meningkatkan ketenteraman, ketertiban, dan keharmonisan antarwarga masyarakat," katanya, pada 21 Februari 2022.

Baca Juga: Ada Penipuan Berkedok Bantuan Pesantren, Kemenag Usul Laporkan Polisi

Selain itu, Yaqut juga menjelaskan jika surat edaran yang dirilis pada 18 Februari 2022 itu ditujukan kepada Kepala Kanwil Provinsi, Kepala Kantor Kemenag Kab/Kota, Kepala KUA Kecamatan, Ketua MUI, Pimpinan Organisasi Kemasyarakat Islam, dan Takmir atau Pengurus Masjid dan Mushola di seluruh Indonesia.

Selain itu, Surat edaran Menteri Agama No SE 05 tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Majid dan Musala itu juga ditujukan kepada Gubernur, Bupati atau Walikota di Indonesia.

Adapun ketentuan dalam SE tersebut diantaranya.

Baca Juga: Kemenag Adakan Imtihan Wathoni Bagi Ribuan Santri Tahun Ajaran 2022

1. Umum

a. Pengeras suara terdiri atas pengeras suara dalam dan luar. Pengeras suara dalam merupakan perangkat pengeras suara yang difungsikan/diarahkan ke dalam ruangan masjid/musala. Sedangkan pengeras suara luar difungsikan/diarahkan ke luar ruangan masjid/mushala.

b. Penggunaan pengeras suara pada masjid/musala mempunyai tujuan:

1) Mengingatkan kepada masyarakat melalui pengajian AlQur’an, selawat atas Nabi, dan suara azan sebagai tanda masuknya waktu salat fardu.

Baca Juga: Ramai Penipuan Bantuan Ponpes, Kemenag Angkat Suara

2) Menyampaikan suara muazin kepada jemaah ketika azan, suara imam kepada makmum ketika salat berjemaah, atau suara khatib dan penceramah kepada jemaah.

3) Menyampaikan dakwah kepada masyarakat secara luas baik di dalam maupun di luar masjid/musala.

2. Pemasangan dan Penggunaan Pengeras Suara

a. Pemasangan pengeras suara dipisahkan antara pengeras suara yang difungsikan ke luar dengan pengeras suara yang difungsikan ke dalam masjid/mushala.

Baca Juga: Oki Setiana Dewi Anggap Normalisasi KDRT, Kemenag: Tak Bisa Dibenarkan

b. Untuk mendapatkan hasil suara yang optimal, hendaknya dilakukan pengaturan akustik yang baik.

c. Volume pengeras suara diatur sesuai dengan kebutuhan, dan paling besar 100 dB (seratus desibel).

d. Dalam hal penggunaan pengeras suara dengan pemutaran rekaman, hendaknya memperhatikan kualitas rekaman, waktu, dan bacaan akhir ayat, sholawat/tarhim.

Baca Juga: BNPT: Sebanyak 198 Pesantren Terafiliasi Teroris, Kemenag Angkat Suara

3. Tata Cara Penggunaan Pengeras Suara

a. Waktu Sholat

1) Subuh:

a) Sebelum adzan pada waktunya, pembacaan Al-Qur'an atau selawat/tarhim dapat menggunakan Pengeras Suara Luar dalam jangka waktu paling lama 10 menit.

b) pelaksanaan salat Subuh, zikir, doa, dan kuliah Subuh menggunakan Pengeras Suara Dalam.

2) Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya:

a) Sebelum adzan pada waktunya, pembacaan Al-Qur'an atau sholawat/tarhim dapat menggunakan Pengeras Suara Luar dalam jangka waktu paling lama 5 menit.

Baca Juga: Kemenag Minta KUA Pastikan Prokes Saat Beri Layanan Nikah

b) Sesudah adzan dikumandangkan, yang digunakan Pengeras Suara Dalam.

3) Jumat:

a) Sebelum azan pada waktunya, pembacaan Al-Qur'an atau selawat/tarhim dapat menggunakan Pengeras Suara Luar dalam jangka waktu paling lama 10 menit.

b) Penyampaian pengumuman mengenai petugas Jumat, hasil infak sedekah, pelaksanaan khutbah Jumat, sholat, dzikir, dan doa, menggunakan Pengeras Suara Dalam.

Baca Juga: Puluhan Jemaah Umrah Terpapar COVID-19, Begini Kata Kemenag

b. Pengumandangan Adzan Menggunakan pengeras Luar.

c. Kegiatan syiar Ramadhan, gema takbir, Idul Fitri, Idul Adha, dan Upacara Hari Besar Islam.

1) Penggunaan pengeras suara di bulan Ramadan baik dalam pelaksanaan Salat Tarawih, ceramah/kajian Ramadan, dan tadarrus Al-Qur’an menggunakan Pengeras Suara Dalam.

Baca Juga: Puluhan Jemaah Umrah Terpapar COVID-19, Begini Kata Kemenag

2) Takbir pada tanggal 1 Syawal/10 Zulhijjah di masjid/musala dapat dilakukan dengan menggunakan Pengeras Suara Luar sampai dengan pukul 22.00 waktu setempat dan dapat dilanjutkan dengan Pengeras Suara Dalam.

3) Pelaksanaan Sholat Idul Fitri dan Idul Adha dapat dilakukan dengan menggunakan Pengeras Suara Luar.

4) Takbir Idul Adha di hari Tasyrik pada tanggal 11 sampai dengan 13 Zulhijjah dapat dikumandangkan setelah pelaksanaan Sholat Rawatib secara berturut-turut dengan menggunakan Pengeras Suara Dalam.

Baca Juga: Sebanyak 38 Masjid Akan Terima Bantuan Kepustakaan dari Kemenag

5) Upacara Peringatan Hari Besar Islam atau pengajian menggunakan Pengeras Suara Dalam, kecuali apabila pengunjung tablig melimpah ke luar arena masjid/musala dapat menggunakan Pengeras Suara Luar.

4. Suara yang dipancarkan melalui pengeras suara perlu diperhatikan kualitas dan kelayakannya, suara yang disiarkan memenuhi persyaratan seperti:

a. Bagus atau tidak sumbang; dan

b. Pelafazan secara baik dan benar.

Baca Juga: Kemenag Lepas Ratusan Jemaah Umrah dengan Prokes Ketat

5. Pembinaan dan Pengawasan

a. Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Surat Edaran ini menjadi tanggung jawab Kementerian Agama secara berjenjang.

b. Kementerian Agama dapat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan Organisasi Kemasyarakatan Islam dalam pembinaan dan pengawasan. ***

Editor: Tia Martiana

Tags

Terkini

Terpopuler