Jokowi Gembira Dapat Kabar Joe Biden dan Xi Jinping Hadiri KTT G-20

13 November 2022, 22:57 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan bertolak menuju Bali pada siang hari ini. // Setkab

ARAHKATA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku gembira 17 kepala negara/kepala pemerintahan memastikan hadir pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku gembira 17 kepala negara/kepala pemerintahan memastikan hadir pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Bali, 15-16 November 2022.

Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi didampingi Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno.

 Baca Juga: Komparasi Spesifikasi Hyundai Ioniq 5 Vs Toyota bZ4X, Adu Canggih

Ia mengatakan, Indonesia sebagai negara demokrasi nomor tiga terbesar di dunia akan terus memperjuangkan perdamaian dunia dan menjadi bagian dari solusi berbagai krisis serta pemulihan ekonomi.

“Indonesia terus memperjuangkan perdamaian dunia serta menjadi bagian dari solusi berbagai krisis dan pemulihan ekonomi,” kata Presiden Jokowi.

Terpisah, Presiden mengatakan kepada media ternama di Inggris The Economist bahwa Amerika dan Tiongkok merupakan sahabat, teman, dan juga mitra penting bagi Indonesia. Dalam konteks ancaman invasi Tiongkok ke Taiwan, Indonesia tentu berpihak kepada perdamaian dunia.

 Baca Juga: Hasil Survei: Publik Setuju KLB di PSSI demi Perbaikan Sepak Bola

"Amerika adalah sahabat Indonesia, Tiongkok adalah juga sahabat Indonesia, teman Indonesia semuanya, mitra penting Indonesia. Dengan situasi Bali yang sejuk, yang damai ini menjadi peluang Indonesia menjadi kepemimpinan Indonesia di tingkat dunia untuk memperjuangkan selesainya masalah yang ada di dunia," kata Jokowi seperti dikutip ArahKata.com di kanal , Minggu, 13 November 2022.

Kemudian Jokowi mengungkapkan bahwa ia turut khawatir mengenai invasi Tiongkok ke Taiwan. Menurutnya kompetisi merupakan hal yang normal dan rivalitas hal yang biasa antar negara. Akan tetapi, yang paling penting yaitu tidak menjadi konflik terbuka.

"Indonesia ingin dunia yang damai jadi jangan sampai perang di Ukraina selesai menambah masalah lagi di kawasan yang lain. Ini menambah ruang kita semuanya, menambah pusing kita semuanya," ucapnya.***

 

 

 

 

 

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Sumber: The Economist

Tags

Terkini

Terpopuler