Cuaca Ekstrim Masih Berpotensi Terjadi Hingga Akhir Maret

- 12 Maret 2021, 04:00 WIB
ILUSTRASI Cuaca. Peringatan Dini BMKG, Cuaca Ekstrem dan Awan Hujan Selimuti sebagian Besar Wilayah Indonesia.*
ILUSTRASI Cuaca. Peringatan Dini BMKG, Cuaca Ekstrem dan Awan Hujan Selimuti sebagian Besar Wilayah Indonesia.* // /Pixabay.com/Pexels

ARAHKATA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim hujan berakhir pada akhir Maret mendatang.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam keterangan resminya mengatakan, berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer-laut dari BMKG menunjukkan fenomena La Nina masih dapat berlangsung hingga Mei 2021 mendatang dengan intensitas lemah hingga normal.

Kondisi tersebut masih dapat berkontribusi pada peningkatan massa udara basah dan lembab di sekitar wilayah Indonesia.

Baca Juga: Mandi Bersama di Kebun Sawit, 16 Anggota Aliran Sesat Ini Diciduk

"Saat ini fenomena Monsun Asia masih cukup aktif yang mengakibatkan aliran massa udara dari wilayah Belahan Bumi Utara (BBU) masih dapat berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat," ungkap Guswanto, Kamis 11 Maret 2021.

Dia menjelaskan, Monsun Asia mulai memasuki periode pelemahan pada akhir Maret 2021 yang mengindikasikan bahwa periode puncak musim hujan di sebagian wilayah Indonesia mulai berakhir.

Sehingga, dapat dikatakan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki periode peralihan dari musim hujan ke musim kemarau mulai akhir Maret 2021.

Salah satu ciri umum kejadian cuaca saat periode peralihan musim adalah adanya perubahan kondisi cuaca yang relatif lebih cepat.

Baca Juga: Tips Mengatasi Hidung Tersumbat, No.7 Bikin Enak!

Di mana pada pagi hingha siang hari umumnya cerah-berawan dengan kondisi panas cukup terik yang diikuti dengan pembentukan awan yang signifkan dan hujan intensitas tinggi dalam durasi singkat yang secara umum dapat terjadi pada periode siang-sore hari.

Selama periode peralihan musim, ada beberapa fenomena cuaca ekstrem yang harus diwaspadai, yaitu hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang seperti puting beliung, waterspout, hingga hujan es.

Fenomena hujan es merupakan fenomena yang umum terjadi selama periode peralihan musim, hal tesebut dipicu oleh pola konvektifitas massa udara dalam skala lokal-regional yang lebih signifikan selama periode peralihan musim.

Baca Juga: UPDATE Covid-19 11 Maret 2021, Kasus Aktif Menurun Drastis

Hujan es umumnya dapat terjadi dari sistem awan Cumulonimbus (Cb) yang menjulang tinggi dengan kondisi labilitas udara yang signifikan sehingga dapat membentuk kristal es di awan dengan ukuran yang cukup besar.

Fenomena downdraft (aliran massa udara turun dalam sistem awan) yang terjadi di sistem awan Cb terutama pada saat fase matang dapat menyebabkan butiran es dengan ukuran yang cukup besar 

Dalam sistem awan Cb tersebut turun ke dasar awan hingga keluar dari awan menjadi fenomena hujan es.

Kecepatan downdraft dari awan Cb tersebut cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara, dan bahkan sampai jatuh ke permukaan bumi masih dalam bentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es.

Baca Juga: Kasus Unlawful Killing Naik ke Penyidikan, 3 Polisi Dibebastugaskan

Dalam sepekan kedepan, dinamika atmosfer yang diidentifikasi masih dapat berkontribusi cukup signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

Adalah teramatinya sirkulasi siklonik di Samudera Pasifik Timur Filipina dan di Samudera Hindia sebelah selatan Bali-Nusa Tenggara yang dapat mengakibatkan terbentuknya pola konvergensi dan belokan angin sehingga dapat meningkatkan pembentukan awan hujan di sebagian wilayah Indonesia.

Hal tersebut diperkuat dengan adanya fenomena Gelombang Rossby Ekuatorial yang diprediksikan masih cukup aktif di sekitar wilayah Indonesia bagian barat,.

Baca Juga: Cara Meninggalkan Grup WhatsApp Tanpa Diketahui Anggota Lain

Selain itu kondisi labilitas udara lokal yang signifikan juga dapat meningkatkan potensi konvektifitas dan pembentukan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang berpotensi terjadi di wilayah berikut:

1. Aceh
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
4. Banten
5. Jawa Barat
6. Jawa Tengah
7. DI Yogyakarta
8. Jawa Timur
9. Bali
10. Nusa Tenggara Barat
11. Nusa Tenggara Timur
12. Kalimantan Timur
13. Kalimantan Utara
14. Kalimantan Selatan
15. Sulawesi Utara
16. Sulawesi Tengah
17. Sulawesi Selatan
18. Sulawesi Tenggara
19. Maluku
20. Maluku Utara
21. Papua Barat
22. Papua

Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dll).

Dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin selama memasuki masa pancaroba tahun ini. ***

Editor: Agnes Aflianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah