ARAHKATA - Kepala Badan Nasional penanggulangan terorisme BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar memastikan kaum milenial sebagai sasaran empuk paham radikalisme sebagai ideologi.
Pernyataan tersebut didasarkan dari data identifikasi yang telah didapatkan pihak investigasi internal BNPT. Diketahui, bahwa pria berinisial L pelaku pemboman Gereja Katedral di Makassar adalah kelahiran tahun 1995 atau berusia 25 tahun.
Baca Juga: Dugaan BNPT, Pasutri Pengebom Gereja Katedral Belajar Lewat Online
"Kami harus menjelaskan bahwa pengaruh pengaruh paham radikalisme terorisme mulai menyasar kalangan masih muda karena teridentifikasi pelaku kelahiran tahun 1995. Jadi inisialnya L dengan istrinya adalah termasuk tentunya kalangan milenial yang sudah menjadi cerita korban dari propaganda jaringan teroris," kata Boy.
Mantan Kapolda Banten itu menerangkan paham jaringan teroris ini lebih mudah memberikan jebakan batman kepada anak muda untuk merubah watak dan pola pikir intoleransi terhadap kepercayaan lain di luar kepercayaan yang diyakininya.
Hal ini lantas membuat pola pikir dari anak muda itu lambat laun berubah cara pandang, ideologi dan watak akibat terpapar virus radikalisme.
Baca Juga: BNPT Pastikan Bomber Gereja Katedral Makassar Pasutri
"Propaganda jaringan terorisme adalah istilah itu dapat saya katakan seperti 'Jebakan Batman' untuk anak-anak muda karena pengaruh virus radikalisme yaitu terasa kemudian mengubah watak mengubah perilaku yang itu sejatinya bukan jati diri bangsa Indonesia," ucap Boy.
Kita, lanjutnya, tidak seperti itu kita dilahirkan sebagai bangsa yang toleran menjaga persatuan di tengah keberagaman.
Menurut mantan Kapolda Papua tersebut dikatakan propaganda jaringan teroris sangat mudah diserap oleh kelompok milenial atau anak-anak muda.