Network
ARAHKATA- Pandemi Covid-19 masih menjadi mimpi buruk bagi masyarakat di dunia. World Health Organization (WHO) mencatat terdapat 101.917.147 kasus di seluruh dunia, dengan angka kematian 2.205.515 jiwa. Orang yang memiliki diabetes berada di daftar teratas berrisiko virus corona.
Dalam pertemuan daring beberapa waktu lalu, dengan tema "Tetap Sehat di Masa Pandemi dengan #BatasiGGL", tak hanya membahas mengenai asupan nutrisi yang baik dan gaya hidup sehat, tapi juga bahaya diabetes.
Felicia Kartawidjaja, pemateri sekaligus menjabat sebagai Manager of Nutrifood Research Center menjelaskan hasil risetnya mengenai pembatasan Gula, Garam, dan Lemak (GGL).
"Saat ada pasien Covid-19, apabila dia dirawat, hal pertama yang ditanyakan yaitu `apakah dia ada diabetes atau nggak?`. Karena diabetes itu menyebabkan kondisi pasien jadi makin parah," sebutnya.
Baca Juga: Jangan Nakal, Mulai Perhatikan Asupan Makanan dalam Tubuh
Dengan kondisi itu, diharapkan masyarakat mulai menjaga tubuh untuk tetap sehat dan fit. Juga menjaga asupan gula, untuk menghindari risiko terkena diabetes.
Diabetes dikenal sebagai penyakit metabolik yang menyebabkan gula darah tinggi. Hormon insulin memindahkan gula dari darah ke dalam sel untuk disimpan atau digunakan sebagai energi. Dengan diabetes, tubuh tidak menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dibuatnya.
Gula darah tinggi merusak organ dan jaringan di seluruh tubuh. Semakin tinggi gula darah, semakin besar risiko komplikasi. Gula darah tinggi yang tidak diobati akibat diabetes dapat merusak saraf, mata, ginjal, dan organ lainnya.
Untuk mengetahui terkena diabetes atau tidak, biasanya sudah mulai melakukan antisipasi. Salah satunya, dengan mulai mengurangi minuman manis. Asupan konsumsi gula yang disarankan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yaitu 4 sendok makan gula.
