AKI di Jember Tertinggi, Fatayat NU Didorong Intensifkan Penyuluhan

- 5 Mei 2021, 23:33 WIB
Anggota DPRD Jawa Timur dapil V (Jember-Lumajang), Umi Zahrok
Anggota DPRD Jawa Timur dapil V (Jember-Lumajang), Umi Zahrok /Adi Suprayitno/ARAHKATA

ARAHKATA - Angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Jember masih tertinggi, jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Jawa Timur.

Untuk itu, diperlukan peran Fatayat NU Jember untuk mengintensifkan penyuluhan pencegahan kematian ibu dan bayi

Anggota DPRD Jawa Timur dapil V (Jember-Lumajang), Umi Zahrok mengatakan, hingga saat ini angka kematian ibu melahirkan ada sekitar 3 ribuan. Sementara di Jember tahun 2020 ada 61 kasus, dan kematian anak sekitar 300-an.

Baca Juga: PKS: Pemerintah Jangan Lebur Kelembagaan Iptek

Berdasarkan data yang dihimpun di Pempov Jatim, urutan kedua setelah Jember yang angka kematian ibu melahirkan adalah Bojonegoro dengan 28 kasus. Sementara urutan ketiga yakni Malang yakni ada 25 kasus.

Menurut Umi, daerah yang paling banyak kasus kematian ibu melahirkan di Jember yakni Kecamatan Wirolegi, Silo, dan Sukorambi.

"Tiga kecamatan ini saya nilai penting mendapatkan perhatian," tegas Umi Zahrok usai melakukan jaring aspirasi masyarakat kepada 21 ketua PAC Fatayat NU se-Jember, di kantor PCNU Jember, Rabu 5 Mei 2021.

Baca Juga: Pasien Diabetes Penting Waspadai Hal Berikut!

Umi menilai peran Fatayat NU Jember sangat penting untuk melakukan penyuluhan pencegahan kematian ibu melahirkan. Kematian ibu paling banyak akibat anemia ketika melahirkan.

"Pentingnya organisasi kemasyarakatan seperti Fatayat. Harus ada penyuluhan pencegahan kematian ibu melahirkan. Pentingnya asupan gizi ibu hamil," kata Umi Zahrok.

Politisi asal PKB itu juga meminta agar petugas Puskesmas sering melakukan kontrol terhadap ibu hamil. Begitu juga halnya posyandu dan rumah bersalin harus benar-benar aktif melayani ibu hamil.

Baca Juga: Erick Thohir Bersiap Bubarkan 7 Perusahaan BUMN

Sedangkan untuk daerah terpencil dan pegunungan, Seperti Silo dan Sukorambi, Umi meminta petugas penyuluhan berkolaborasi. Bukan hanya dinas kesehatan saja. Tetapi bisa juga berkolaborasi dengan petugas Kantor Urusan Agama (KUA). Mengingat sekarang KUA memiliki program penyuluhan cara memperbaiki kualitas perempuan agar bisa hidup baik.

"Jika emergency pejabat desa lebih cepat menangani," tuturnya.

Anggota Komisi E DPRD Jatim itu menegaskan, menurunkan kematian bayi juga penting karena ketika di dalam rahim bayi kurang vitamin dan kurang gizi.

Ibu hamil yang stres juga bisa mempengaruhi kondisi bayi dalam rahim. Apalagi saat ini pandemi covid-19 membuat ibu hamil memikirkan masalah ekonomi, dan kesehatan.

Baca Juga: Infrastruktur Hingga Pariwisata jadi Catatan Penting HUT 57 Sulawesi Tenggara

"Pandemi covid-19 dikhawatirkan mempengaruhi mental atau organ ibu hamil," tuturnya.

Terkait tidak meratanya penyebaran dokter spesialis.
Umi Zahrok menilai butuh high cost untuk penempatan dokter spesialis di daerah terpencil. Dirinya sudah menyampaikan keluh kesah terkait tidak meratanya dokter spesialis.

"Dokter umum aja dikeluhkan di daerah pinggiran apalagi spesialis. Makanya negara memberi kemudahan praktek atau mempermudah sertifikasi agar dokter spesialis hadir karena harus ada komitmen. Negara menyekolahkan ketika lulus mau ditempatkan dimana saja," pintanya.

Baca Juga: Binance Ilegal, Ini Platform Resmi Perdagangan Uang Kripto dan Bitcoin

Selain angka kematian ibu, kader Fatayat NU Jember juga mengeluhkan soal pendidikan inklusif karena dianggap sebelah mata. Padahal anak berkebutuhan khusus banyak memiliki kompetensi.

Umi Zahrok mencotohkan, ada tuna wicara bisa membatik dan mengelas. Untuk itu, perlu identifikasi kompetensi di semua kalangan difabel. Selanjutnya diperdayakan difabel yang memiliki kompetensi.

"Bukan hanya belas kasihan saja. Tetapi dibantu sehingga memiliki makna kehidupan mereka," pungkasnya.***

Editor: Agnes Aflianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah