Congyang, Miras Lokal Hasil Percampuran Budaya

2 Maret 2021, 14:52 WIB
Minuman beralkohol Cap Tiga Orang atau Congyang brand lokal Kota Semarang /ARAHKATA/Instagram/shopandshipigpage

ARAHKATA - Kota Semarang bukan hanya identik dengan beragam tempat wisata yang menarik tetapi juga buah tangannya yang selalu dinantikan ketika berlibur di kota ini.

Kota yang terbentuk dari akulturasi budaya Jawa, Tingkok, Arab, dan Belanda ini memang memiliki kekayaan kuliner yang tercipta dari sebuah perpaduan budaya.

Salah satunya produk minuman beralkohol yang lahir dari mahakarya budaya Jawa dan Tiongkok.

Baca Juga: Akhirnya Presiden Jokowi Cabut Lampiran Perpres Investasi Miras

Kemasan minuman tersebut diberi nama Cap Tiga Orang atau orang Semarang lebih familiar menyebut "CY" atau Congyang.

Dipatenkan sejak 1985 oleh CV Tirta Waluyo, Conyang bervolusi panjang hingga akhirnya memiliki kadar alkohol 19,63 persen.

Komposisi minuman ini berupa hasil fermentasi beras dan gula pasir, sepirit, perasa kopi moka, pewarna makanan, yang dilengkapi dengan beberapa kandungan lain dan tergolong dalam alkohol tipe B.

Sebelumnya, sejarah Congyang tak terlepas dari minuman A Djong. Pada era 1960-1970-an, merk A Djong menjadi minuman alkohol terkenal di Semarang dengan kadar alkohol 35 persen.

Baca Juga: Jokowi Resmikan Investasi Miras di Sebagian Wilayah, Mana Saja?

Namun seiring berjalannya waktu, minuman A Djong kian lama ditinggalkan karena rasanya yang dinilai terlalu panas, mirip seperti arak China.

Rasa A Djong bagi para konsumen di Semarang dirasa kurang nikmat di lidah, tenggorokan, dan perut mereka.

Hal inilah yang kemudian menyebabkan A Djong berangsur makin meredup.

Karena persoalan inilah muncul inovasi baru dalam bentuk merk Congyang pada tahun 1980-an.

Congyang lahir berkat tangan dingin sosok bernama Koh Tiong.

Ia mengkreasikan minuman A Djong menjadi Congyang mendapatkan antusiasme dari masyarakat Kota Semarang.

Pertama kali ‎Congyang diproduksi di sebuah rumah, tepatnya di sebelah Klenteng Siu Hok Bio yang berada di Jalan Wotgandul, kawasan Pecinan Semarang.

Congyang pun mulai beredar sekitar 1980-an silam. Sejak awal minuman lokal ini memang diproduksi massal sebagai komoditas dagang.

Berbeda dengan ciu atau arak dan minuman tradisional lain di Indonesia, Congyang identik sebagai tradisi yang mengakar di masyarakat atau kultural.

Khasiat Congyang yang sebenarnya diracik secara khusus oleh Koh Tiong untuk meningkatkan keperkasaan bagi kaum adam, yakni dengan takaran khusus 1 sloki.

Mengkonsumsi Congyang yang sesuai dengan aturan menurut pembuatnya akan berkhasiat melancarkan peredaran darah dan membuat otot serta saraf menjadi rileks.

Selain itu konsumsi yang melebihi dosis maka minuman ini dapat memabukkan hingga menyebabkan seseorang menjadi hilang ingatan.

Hingga kini Congyang masih menjadi trendmark minuman beralkohol Kota Semarang yang melegenda, bahkan dapat dikatakan sebagai produk unggulan.***

Editor: Agnes Aflianto

Tags

Terkini

Terpopuler